Kebebasan Informasi dan Pengambilan Keputusan
Setelah media cetak, radio dan televisi, media
online saat ini mengalami kondisi penurunan yang pernah dialami media
tradisional sebelumnya. Di era digital keberadaan platform media ini sudah
tidak lagi memonopoli penyampaian informasi kepada publik. Eksistensi media
sosial; facebook, twitter, dan lainnya, mampu menjadi rujukan baru untuk
pencarian informasi tercepat dan terbaru. Meskipun belum teruji kebenarannya,
namun masyarakat yang melek internet menjadikan media sosial sebagai sumber
informasi utama.
Kehadiran aplikasi dalam kemajuan
berkomunikasi dalam peradabab manusia ini sangatlah mengejutkan. Perubahan
paradigma pencarian informasi yang selama kebudayaan modern dikuasi oleh cetak,
radio, televisi, dan internet berubah begitu cepatnya. Sebelum kehadiran media
sosial, audiens bersifat pasif, mereka hanya bisa menunggu informasi apa yang
disajikan media.
Namun media sosial merubah konsep ini,
masyarakat sudah menjadi sangat aktif. Mereka saling bertukar informasi,
menambahi data, mengulas berita, maupun menyebarkan informasi yang menurut satu
orang penting kepada mereka yang berteman baik secara ideologi maupun sudut
pandang di media sosial. Banjirnya informasi ini tentu saja akan berdampak pada
pengambilan keputusan.
Penguasaan informasi,
menurut Alvin Toffler adalah inti dari gelombang ke tiga yang akan dialami
peradaban manusia setelah melalui gelombang pertama (pertanian) dan gelombang
kedua (industri). Revolusi informasi dalam kajian Alvin adalah kondisi dimana
setiap orang mampu memproduksi dan menyebarkan berbagai informasi di sekitar
mereka dengan perangkat yang mudah terhubung.
Dalam industri
informasi ini ada dampak ekonomi yang cukup besar, setelah menurunnya kemajuan
dalam industri karena banyaknya tenaga kerja terdidik yang lebih memilih
bekerja kantoran dan pesatnya berkembangan alat informasi, tentunya akan
menarik bagi orang-orang yang mengerti bagaimana mengelolah ceruk ini untuk
mendapatkan dampak ekonomi.
Revolusi informasi
berkaitan erat dengan demassifikasi ekonomi dan peningkatan diversifikasi di
masyarakat. Dimana semakin mudahnya mendapatkan informasi, masyarakat akan
semakin terurai secara massal sesuai dengan minat dan kemampuan, semakin
terdemassifikasi, semakin terdiverfikasilah ekonomi. Terjadi keanekaragaman
masyarakat yang lebih luas. Keanekaragaman ini membutuhkan kordinasi dan
intergrasi sosial, dimana seseorang akan berusaha terus mendapatkan informasi
secara lebih lagi.
Dalam pengunaan sebuah informasi, memungkinkan
seseorang untuk membentuk informasi terbaru dari informasi sebelumnya untuk
bisa dikonsumsi oleh semua orang yang terhubung. Di era ini, perhatian orang
sepenuhnya tertuju pada bagaimana menggelolah secuil apapun dengan tujuan motif
ekonomi. Semakin cepat orang menguasai sebuah informasi, maka semakin besar
peluangnya untuk mempengaruhi opini publik.
Di abad ini tidak lagi
dibutuhkan pendapat lama bahwa pengetahuan adalah kekuasaan, namun mencapai
kekuasaan diperlukan pengetahuan tentang pengetahuan.
Kehadiran berbagai
informasi yang begitu mudah didapatkan ini memang menunjukkan adanya
perkembangan demokrasi ke arah yang lebih maju. Dimana dengan banyaknya orang
yang mengakses sebuah informasi penting, maka akan terjadi debat singkat dan
memunculkan pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan yang sangat cepat ini
menjadi sangat krusial, karena mengambarkan bagaimana partisipasi sebuah
masyarakat terhadap informasi.
Keputusan ini tidak
merujuk pada keputusan pribadi yang berakibat pada diri sendiri atau mungkin
beberapa orang yang berada di sekitarnya. Namun keputusan yang diambil adalah
keputusan sosial yang tentu saja menyangkut keputusan ekonomi dan politik. Ini
berbeda dengan dua gelombang sebelumnya, dimana pengambilan keputusan dilakukan
secara tradisional dan informasi yang terkait pengambilan keputusan itu dikuasi
oleh satu pihak yang banyak dihuni oleh kaum elit dan sub-elit.
Inilah nilai besar dari arus informasi yang mengalir ke tengah masyarakat. Dengan semakin besar pekerja di sektor informasi dan hadirnya pengambil keputusan yang cepat, maka kaum elit maupun sub-elit yang sebelumnya mempunyai kuasa atas informasi serta pengambilan keputusan akan berkurang perannya. Mereka sudah tidak perlu lagi mengambil keputusan sesuai dengan paradigma pemikirannya dan menanggung bebannya sendiri. Masyarakat secara penuh mampu memberikan keputusan untuk merubah arah kebijakan dan tentu saja beban yang nanti timbul akan ditanggung bersama.
Namun yang harus diingat, keputusan yang
diambil dari gencarnya arus informasi ini tidak berhubungan dengan keputusan
kunci. Kebanyakan masyarakat akan diajak berpartisipasi mengambil keputusan
pada tingkat sehari-hari untuk menjalankan roda perekonomian, masyarakat dan
informasi atau bisa dikatakan pengambilan keputusan yang tidak penting.
Apakah pengambilan keputusan secara massal ini
tidak akan menimbulkan konflik? Secara umum, konflik yang bersifat fisik sudah
bisa dihindari, namun konflik terkait dengan hak partisipasi publik akan
semakin besar. Hadirnya peluang baru untuk mengambil keputusan kunci, yang
selama ini dipegang kaum elit dan sub-elit, tidak mungkin diraih dengan
mudahnya oleh kaum yang berada di bawahnya.
Kaum elit dan kelompoknya masih akan cenderung
menerapkan kriteria yang memberatkan untuk sebuah kelompok. Entah kelompok yang
berdasarkan itu suku, agama, dan ras. Meskipun ada beberapa orang yang mampu
naik ke jenjang pengambil keputusan kunci, tapi mereka akan banyak menghadapi
lebih banyak tantangan terkait dengan ras dan seksisme.
Kehadiran era keterbukaan informasi secara khusus
disimpulkan bahwa struktur masyarakat akan sangat berkembang dari segi
kompleksitas, keanekaragaman, dan kecepatan perubahan, sehingga berdampak pada
pengambilan keputusan bersama-sama. Ini memberikan pengaruh yang sangat besar
pada struktur elit dan sub-elit yang pada dasarnya mengatur segala sesuatu
dengan membuat keputusan dengan sudut pandang yang terbatas. Informasi pada era
gelombang ketiga ini sangat erat berkaitan dengan kekuasaan dan politik,
lebih-lebih dalam era baru yang akan datang. Era “info-politik”.
Komentar
Posting Komentar