#2

            Jadi yang pertama kali ingin saya sampaikan dalam paragraf pertama ini adalah permintaan maaf karena lamanya tulisan yang kedua dibandingkan dengan tulisan pertama yang sudah dipublis. Jika memang panjenengan tidak memaafkan, hal itu tidak menjad masalah bagi saya. Karena saya yakin, saya akan tetap bersahabat dan mendukung penjenengan sabagai saudara saya.
            Saya pernah membaca sebuah hasil penelitian tentang besaran energi yang dibutuhkan tubuh. Tapi jika penjenengan meminta saya untuk menjelaskan tentang penelitiannya siapa, baca di mana, dan kapan. Saya mohon maaf saya lupa dan tidak akan pernah ingat walaupun saya disiksa sampai darah keluar dari anus.
            Dalam penelitian itu dijabarkan, jika salah saya mohon dimaklumi karena uban sudah muncul di kepala. Dari 100% energi yang masuk ke tubuh kita, terutama lewat konsumsi makanan ternyata dibagi untuk dua kegiatan rutin manusia. Saat dalam kondisi diam, energi sebesar 20-25% dipergunakan untuk otak bekerja dan sisanya sebesar 80-75% untuk mengerakkan tubuh. Kebutuhan besaran energi ini bagi kedua kegiatan utama manusia ini bisa dibalik hitungannya berdasarkan aktifitas yang sehari-hari dilakukan setiap orang.
            Semisal, pekerja keras akan membutuhkan energi yang begitu besar dibandingkan dengan kebutuhan biasanya. Bisa jadi kebutuhan energi untuk bekerja akan memangkas hampir 90% atau lebih keberadaan energi yang ada di tubuh. Demikian juga dengan pekerjaan yang berhubungan dengan otak, maka kebutuhan energi untuk menjalankan aktifitas ini cukuplah besar. Namun ada juga yang bisa membagi energi dalam dua kegiatan ini sama besar.
            Saya ambil contoh saja dalam pekerjaan yang dulu dan sekarang saya lakukan, yaitu sebagai pencari berita atau wartawan. Sebagai gambaran, saat mencari data, wartawan dituntut untuk selalu berada di lokasi untuk mendapatkan kevalidan dan kelengkapan data. Di sini dibutuhkan aktifitas tubuh yang tentu saja membuthkan energi yang besar.
Bahkan, terkadang saat di lokasi, wartawan dituntut untuk segera melakukan pekerjaan otak dengan memikirkan apa yang nantinya akan ditanyakan kepada narasumber agar berita yang disajikan menjadi hidup dan enak dibaca. Selesai dari lapangan, wartawan dituntut merangkai semua data yang didapatkan dalam sebuah laporan berita. Tentu saja disini dibutuhkan usaha untuk merangkai kata yang indah, pemenuhan kode jurnalistik, dan menghindari kesalahan penulisan nama maupun salah tulis (Typo).
Berapa banyak energi yang dibutuhkan untuk mengerjakan dua pekerjaan itu dalam satu rentang waktu?  Itu akan kita bahas sebentar lagi.
Tapi jika melihat kegiatan yang dilakukan, maka wajar saja wartawan lapangan badan tidak bisa gemuk-gemuk. Sebab sebarapapun besar energi yang dikonsumi lewat makanan akan habis terbakar untuk melakukan pekerjaan.
Karena itulah, untuk tetap menjaga agar energi di dalam tubuh tidak terkuras habis, wartawan dituntut untuk makan lebih banyak dibandingkan dengan orang biasa. Namun bukan makanan berat yang harus dikonsumsi, cukup makanan ringan tapi dengan catatan harus sesering mungkin. Dan jangan lupa, minum air putih yang banyak untuk tetap menjaga kesehatan tubuh.
Jadi berapa banyak kalori energi yang dibutuhkan untuk menghasilkan tulisan ini? Mari kita hitung bersama.
Sampai sini, iya sampai kata ini.
Semua kata yang tercantum di dua halaman ini sudah menembus angka 446 kata. Saya memiliki rumus yang dulu saya sering gunakan untuk menghitung berapa besar kalori energi yang kita keluarkan untuk melakukan sebuah kegiatan. Rumus tetapnya adalah :
KEYD (Kalori Energi Yang Dibutuhkan)= HT (Hasil Tindakan) x DK (Diagonal Kolormu).
Jadi untuk mengetahui berapa energi yang dibutuhkan dalam menghasilan kata dalam tulisan di atas adalah 466 X 9,5 (ini didapatkan dari pengukuran lingkaran pinggang 30 cm dibagi Phi, 3.14). maka hasil yang didapatkan adalah 4,357 Kalori.
Jadi untuk menghasilkan 446 kata, maka tubuh mengeluarkan energi sebesar 4,357 kalori untuk otak.
Terus apa hubungan perhitungan energi dengan lamanya tulisan yang saya posting dalam blog saya? Untuk ini saya meminta penjengan menjadi satu pemikiran dengan saya. Sampun.
Saat memosting tulisan #1 dulu, kondisi saya belum sesibuk sekarang, maksud saya sibuk bergerak. Dulu saya lebih banyak berdiam diri di rumah sehingga tidak terlalu banyak bergerak. Karena tidak banyak bergerak itulah, maka untuk mengeluarkan energi yang berlebihan di tubuh saya menyalurkan dalam tulisan agar saya tidak kelebihan energi yang dampaknya bisa mengemukkan badan.
Sekarang. Karena bergerak untuk mencari berita. Maka saya lebih banyak bergerak ke sana kemarin di atas motor, berlari-lari terburu-buru untuk mengejar narasumber. Maka energi saya lebih banyak di salurkan dalam aktivitas berpindah tempat. Sampai lokasi, hanya mengistirahkan tubuh sebentar agar energi sedikit pulih. Saat mulai mencapai titip puncak pulihnya, energi ini saya gunakan kembali untuk menyusun pertanyaan-tanyaan yang tepat untuk mendapatkan kelengkapan data.
Bayangkan jika data ini harus didapatkan dari banyak narasumber. Memang keberadaan handphone banyak membantu, terutama dalam kegiatan bergerak. Namun handphone tidak banyak membantu dalam memikirkan pertanyaan yang tepat untuk menghasilkan berita yang akurat. Jika sehari satu berita, mungkin tidak akan menjadi masalah. Namun jika sehari tiga sampai empat berita, modyar ora penjenengan.
Ini belum lagi kebutuhan energi untuk menulis. Wes monggo panjenengan bayangkan sendiri berapa besar kalori energi yang dibutuhkan wartawan untuk menyajikan berita terbaik buat pembacanya.
Lantas tulisan ini muncul karena saya sedang libur mingguan. Sehingga energi yang bisa saya gunakan untuk bergerak tidak banyak terpakai. Lantas saya larikan ke penulisan. Tentu saja, saya akan berusaha agar tulisan saya bisa muncul minimal satu kali dalam sehari, bukan satu kali dalam seminggu. Mohon doa dari penjenengan.

Salam Mbojeh


Komentar

Postingan populer dari blog ini

‘Dua Jaya’, Penambal Ban Paling Ampuh se-Kota Genteng

Bertobat Jangan Setengah-setengah

Sekilas Tentang Kematian Media Cetak