Sekedar Bicara Literasi


Saya dan, kemungkinan anda, masih ingat tentang tugas pembuatan kliping dari guru saat masih sekolah dulu? Tugas yang ringan sebenarnya, namun mengerjakannya dibutuhkan pengorbanan waktu dan dana yang tidak sedikit.

Mudah. Ya bisa dibilang penugasan kliping ini sangat mudah. Kita hanya mencari koran/majalah/tabloid yang memuat atau memaparkan gagasan hal atau sesuatu yang sudah ditentukan. Setelah dapat, dipotong kemudian ditempel di kertas kerja. Jika memungkinkan, sambungan berita sebisa mungkin dijadikan satu. Jika tidak, tidak apa-apa.

Bisa dilakukan sendiri-sendiri. Namun untuk mengasah rasa sosial dan kerjasama, biasanya penugasan khusus mencari ide/gagasan yang besar dikerjakan secara berkelompok.

Sederhana dan mudah. Penilaian diberikan guru terhadap kliping yang memiliki kelengkapan data lebih bagus, tampilannya, serta sumbernya.

Menjadi tidak mudah. Adalah saat penugasan ini diharuskan mencari berita-berita yang dimuat di tanggal dan koran tertentu. Jika kita keluarga yang berkecukupan, dulu paradigma kekayaan adalah berlangganan koran, maka tugas ini segera bisa dilakukan. Tapi jika tidak berlangganan, solusi satu-satunya adalah pergi ke kios koran secepat mungkin untuk mendapatkan edisi yang dimaksud. Jika tidak, maka kalah dengan teman yang lain.

Dulu, mendapatkan kios koran sangat mudah. Seperti mendapatkan kacang goreng karena saking banyaknya. Sekarang. Jika di kota besar hal itu tidak menjadi masalah. Tapi di kota kecil. Saya berkaca pada kota kelahiran saya. Dimana sama sekali tidak ada kios koran. Yang ada hanyalah para penjual eceran di lampu merah. Biasanya mereka tidak menyimpang koran-koran bekas, karena mesti dijual secepatnya untuk menambah setoran harian yang selalu kurang.

Tugas ini sederhana dan mudah pengerjaannya. Namun banyak manfaat terpendam yang bisa didapat.

Melansir tulisan Rony K Pratama di Kompas (15/7/2017) manfaat yang bisa didapatkan saat mengerjakan penglipingan.

Mengkliping tidak sekedar proses gunting mengunting berita di koran/majalah/tabloid namun juga kedisplinan dalam hal literasi. Kedisplinan literasi ini tidak banyak diketahui oleh para pengambil kebijakan, pengajar, maupun orang tua.

Bagaimana kedisiplinan literasi ini sekarang begitu penting di tengah kemudahaan mencari data secara virtual di dunia maya. Sebab dengan kedisplinan literasi berbasis cetak, maka unsur disorientasi penggunaan bahasa sesuai dengan kaidah yang berlaku. Bukan merendahkan dunia maya. Namun tanpa kontrol ketat dari ahli bahasa, maka nalar pelajar akan menjadikannya rujukan.

Kliping tidak sekedar cepat dan praktis. Namun menjadikan kita sebagai manusia pembelajar terus bersikap kritis dan komprehensif. Penugasan kliping akan menjadikan kita memilih dan memilah berbagai pemberitaan maupun penulisan kedalam satu tema yang logis dan dialogis.

Ki Hadjar Dewantoro, Bapak Pendidikan Indonesia, pernah berucap, dalam proses pengajaran ada dua aspek penting yang itu mengajarkan dan memahami. Dengan memberikan dua aspek ini, maka anak didik akan memiliki paradigma ngerti, ngroso, dan nglakoni. Demikian juga dengan kliping. Tiga paradigma itu secara tidak langsung akan tertancap kuat di otak pelajar.

Dengan kliping, seseorang akan mengetahui (ngerti) tentang tulisan dengan batasan tema tertentu. Ini akan melatih daya kritis yang timbul karena proses mempertautkan satu berita dengan berita yang lain, tentunya dengan batasan tema. Jika sering kali dilakukan, proses pengerjaan kliping menghasilkan kesadaran intertekstual yaitu pemahaman yang memastikan bahwa berita yang satu dengan berita lainnya saling bertautan.

Ngroso atau merasa ini kemudian akan timbul dalam sikap mengkaitkan satu berita dengan berita lain tanpa melibatkan personalfikasi narasumber maupun penulis berita. Sehingga dengan pemilihan berdasarkan tema dan fakta yang tersaji, maka kliping akan lebih mudah dinikmati oleh umum.

Jika Ngerti dan Ngroso dilakukan dengan baik, maka seseorang akan mampu mengkonseptual serta melakukan pemetaan terhadap sebuah peristiwa. Karena untuk melakukan ini dibutuhkan kognitif, efektif, dan psikomotor.

Kliping adalah penugasan pengajaran yang berbasis karya. Karena proses ini mengajarkan betapa pentingnya mendukomenkan sesuatu terlebih pengetahuan yang tercinta.

Sekarang. Bagaimana proses kliping yang di dalamnya dapat terjalankan dengan baik?

Di tengah kemudahaan mencari data di internet, sekarang literasi dianggap bukan sebuah hal yang penting lagi dalam pembentukan nalar berlogika. Sebab internet mampu menyajikan dan menampilkan berbagai data yang diinginkan dengan begitu mudahnya dan tentu saja banyak yang tersedia tanpa biaya sama sekali.

Jika seperti ini, maka HB Jassin layak dijadikan panutan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

‘Dua Jaya’, Penambal Ban Paling Ampuh se-Kota Genteng

Bertobat Jangan Setengah-setengah

Sekilas Tentang Kematian Media Cetak