Bisa Dibayangkan
Berawal dari status
seorang kawan yang menyatakan “Apakah kemunduran media cetak, khususnya koran
dalam lima tahun terakhir diakibatkan mismanajemen atau berakhirnya era koran?”.
Dalam lima tahun
terakhir, Serikat Perusahaan Pers Indonesia (SPSI) mencatat hampir 400 media
cetak nasional maupun lokal memilih mengundurkan diri dari publik karena
rendahnya penjualan dan pemasukan dari iklan. Padahal secara umum, media cetak
mengandalkan pemasukan dari penjualan 40% dan iklan 60%.
Perubahan tingkat
konsumsi masyarakat akan informasi kiranya menjadi aspek utama kemunduran media
cetak. Dengan kecepatan sajian informasi dan lebih memudahkan mengakses, media
digital saat ini menjadi pilihan utama masyarakat. Bahkan ketika informasi yang
disajikan adalah informasi yang belum tentu kebenarannya. Namun karena
terus-menerus diinduksi ke khalayak tanpa mengenal waktu. Maka informasi itu
dijadikan pembenaran.
Kembali ke pertanyaan
awal tadi. Untuk menjawab kedua pertanyaan tadi kiranya kita perlu membedah
satu persatu permasalahan yang terus menerus mendera media cetak.
Berawal dari pilihan
berita. Tidak dipungkiri, ketika masih menjadi referensi utama masyarakat dalam
mencari berita, media cetak lebih sering menghadirkan berita-berita yang
terkesan bombatis. Tentu saja hal ini didasari atas faktor peningkatan oplah
untuk meningkatkan pemasukan.
Ketika pilihan penyajian
informasi yang sama dilakukan oleh televisi kemudian diikuti digital. Media
cetak, terutama koran, belum mampu melakukan perbaikan akan dalam pemilihan
maupun penyajian berita. Sehingga ketika informasi tersebut diadu dengan
televisi maupun digital, maka pukulan telak menghantam mereka. Pilihan dengan
menampilkan informasi dari sudut pandang lain dan kelengkapan data adalah
solusi tepat. Dan tentu saja sajian yang enak baik dari segi bacaan maupun
tampilan saat ini merupakan kewajiban yang tidak bisa ditingalkkan media.
Dari segi manajemen,
dengan pemilihan area yang lebih luas, maka konsekuensi yang terjadi adalah
luasnya wilayah edar dari koran. Dengan keterbatasan waktu edar yang tidak
sampai empat jam usai cetak, maka kehadiran media cetak pembacanya sangat
terlambat.
Bisa dibayangkan. Meskipun
sudah mendekatkan diri dengan pembacanya, namun masih banyak wilayah yang belum
banyak tersentuh.
Saya akan melanjutkan
lagi nanti, ketika otak saya sudah siap bekerja.
Komentar
Posting Komentar