Beda T dan N
Setelah mengangkat
sembah kepada Gurunya, Dharma tidak berani memandang mata orang tua yang duduk
dengan tenang di depannya. Baginya, semua persoalan yang sebenarnya ingin
disampaikan ke Gurunya sama sekali luntur tidak berbekas.
“Apa yang ananda
pikirkan? Jalani saja semuanya dengan tekad. Karena tekad itulah yang menjadi
api semangat kehidupan,” kata Guru kepada Dharma.
Dharma begitu malu dengan ucapan Gurunya. Karena memang itulah yang hendak ditanyakan. Apa sejatinya hidup ketika tanpa ada tekad?
Tanpa bertatap muka, Guru
yang telah membimbing Dharma sepuluh tahun di padepokan berujar dengan suara
tegas namun penuh pengertian.
Makna dalam Sansenkerta
disebut Adhitthana. Tekad diperlukan sebagai landasan dasar menuju
keberhasilan. Tekad adalah keputusan awal yang dilakukan seseorang untuk
menghancurkan keragu-raguan. Jika masih ada keraguan untuk kehidupan, itu sama
artinya tidak ada tekad dalam jiwanya.
Dharma masih tetap dia
membisu. Baginya tekad inilah yang saat ini menghilang. Daya hidupnya sudah
tidak ada lagi bersamaan dengan kematian kedua orang tercinta dalam kecelakaan
besar di Gunung Gumitir.
Guru kembali berbicara.
Akan tetapi tekad saja
tidak akan pernah cukup Ananda. Berbekal tekad saja, keputusan kuat, tidak ada
sesatu yang bisa terwujud atau kemajuan yang bisa diraih tanpa adanya keuletan
dan semangat.
Tekad juga harus
sertalah dibarengi dengan apa yang sekarang ini dijauhi manusia modern,
kesabaran dan ketekunan.
Dharma, jika tekad
sudah ada kemudia engkau tambahi dengan semangat dan keuletan, kemudian engkau
padukan pula dengan kesabaran dan ketekunan. Maka percayalah tidak ada kesuksesan
yang tidak akan engkau dapatkan. Semua akan berjalan sesuai dengan harapan.
Dharma masih terdiam.
Baginya semua ucapan Gurunya ibarat air es yang mendinginkan hatinya. Memberikan
kesejukkan untuk kemudian memompa darah ke otak untuk bisa kembali berpikir
jernih dengan logika.
Perlahan Dharma
mengangkat kepalanya. Gurunya terlihat tersenyum. Ada api kecil semangat di
mata Dharma.
Tapi, Guru melanjutkan
kembali. Engkau harus selalu rasional dengan tekad yang sudah engkau tetapkan. Tekad
yang sudah kau tetapkan haruslah jelas, benar dan benar-benar mampu engkau
lakukan tanpa melukai atau merepotkan orang lain.
Tekad membutuhkan
kebijksanaan dari semua pengalaman dan pengetahuan yang engkau ketahui serta
pelajari dariku Dharma. Tekad tanpa kebijaksanaan adalah nekat. Dan nekat itu
sangat berbahaya. Pecamkan itu Dharma.
Dharma mengangguk
perlahan namun tegas. Isyarat bahwa semua yang disampaikan Gurunya dipahami
dengan jelas. Baginya semua telah jelas, keputusan dan tekadnya telah bulat.
“Aku mohon restu Guru
untuk menikahi istri muda bapakku. Mohon ampun Guru, ini tidak benar. Tapi dia
adalah cinta pertama dan sejati dalam hidup hamba,” kata Dharma tidak kalah
tegasnya.
Keduanya sekarang
terdiam.
Komentar
Posting Komentar