Bapak Tua dan Genteng



Kalian percaya begitu saja pada omongan bapak tua yang biasa duduk di warung itu. perlu kalian ketahui, bapak tua itu sudah bertahun-tahun tidak melakukan aktifitas yang menghasilkan pendapatan. kerjanya hanya duduk-duduk saja di depan warung.

Dia lebih banyak mengharap belas kasihan dari penggunjung entah itu segelas minuman, sebatang rokok, atau uang tunai sebagai ongkos menjagakan kendaraan mereka. untuk makan, pemilik warung masih berbesar hati memberinya makan dengan lauk termurah atau sisa makanan yang tidak habis terjual.

Keingintahuanmu soal siapa bapak tua itu sangatlah wajar dan banyak orang yang menanyakan hal yang sama. Tapi sekali lagi, sama sekali tidak ada yang tahu siapa dan dari mana dia berasal. Yang selalu diingat banyak orang kedatangan bapak tua itu diiringin hujan lebat, angin kencang, dan mati listrik pada malam sebelumnya. 

Pagi-pagi semua orang terkejut karena bapak tua itu sudah meringkuk depan pintu masuk warung dengan kondisi setengah telanjang.

Dia tidak gila atau hilang ingatan. Semua pertanyaan atau sebuah pendapat akan diberikan bapak tua itu dengan cara-cara sederhana serta mudah dipahami. 
Tapi soal siapa dan dari mana asalnya, dia akan diam seribu bahasa. Jadi, kami menganggap hal itu adalah rahasia pribadinya.

Bapak tua itu suka bercerita. Banyak cerita yang membuat orang tersenyum dan geleng-geleng kepala. Bahwa dia paham tentang sejarah dan masa lalu sebuah bangsa menjadi rujukan banyak orang untuk belajar ulang sejarah. 

Dan ceritanya nyaris sama seperti di buku-buku sejarah maupun peradaban manusia.
Memang dia sama sekali tidak bekerja. Tapi pemilik warung sangat menyenanginya. Selain menjadi hiburan bagi pengunjung, bapak tua itu ringan tangan. 

Mendapat tugas penjaga malam dari pemilik warung, bapak tua itu begitu cekatan menjaga kebersihan warung. Seluruh halaman sudah bersih begitu warung buka. Pemilik dan pengunjung sama-sama senang karena bapak tua itu juga merawat tubuhnya sehingga tidak bau maupun terlihat kumal. Banyak orang bersimpati dengan memberinya busana bekas. Itu tidak menjadi masalah untuknya.
Jadi, tadi kalian mendengar cerita bapak tua itu tentang sejarah desa kita. Pasti kalian tidak percaya bahwa desa Genteng ini dulunya berasal dari kata-kata 'Ganteng'. 

Sejarah itu tidak bohong. Kalian bisa mempercayainya meskipun literasinya tidak pernah ada dalam catatan apapun. Ini adalah cerita yang disampaikan turun-temurun. 

Genteng. Dulunya kawasan ini merupakan pusat pemukiman yang padat. Krajan menjadi pusat kedudukan pemimpinnya. Beberapa masyarakat percaya, bahwa penghuni wilayah ini sama sekali tidak terkait dengan Majapahit, Demak, atau Mataram Islam. 

ini adalah wilayah merdeka yang karena hubungan baik dengan kerajaan Siliwangi, menghasilkan kesepakatan saling melindungi. Dua kerajaan besar yang tidak ingin saling menjajah maupun menduduki. Satu penguasa pesisir timur-selatan. Satu penguasa, utara-barat yang berupa pengunungan.

Diceritakan, menjelang runtuhnya Majapahit akibat serangan Demak. Beberapa petinggi Majapahit melarikan diri dari kejaran Demak ke arah timur. Sesampainya di Genteng mereka menghadap penguasa yang mendapat sebutan Pangeran Arya guna meminta perlindungan.

Pangeran Arya dikenal karena ketampanan, sikap rendah hatinya dan kepintarannya. Dia menyanggupi melindungi pelarian Majapahit namun syarat bahwa mereka tidak boleh memegang senjata lagi. Selama tinggal di sana, para pembesar menjadi rakyat jelata.

Syarat ini diberlakukan Pangeran Arya, mengingat orang-orang Majapahit tidak bisa dipercaya. Sekali mereka diberi kesempatan memegang senjata, semangat untuk merebut kekuasaan dengan mengucurkan darah akan dilakukan.

Dibawah perlindungan Pangeran Arya para pelarian Majapahit hidup tentram. Namun terjadi penghianatan. Satu orang yang tidak ingin menjadi rakyat jelata berusaha membunuh Pangeran Arya.

Kesempatan itupun tiba. Saat Pangeran Arya sedang mandi di Sungai Setail tanpa ada pengawal ketat. Dia dibunuh dan kepalanya dipenggal lalu dikirimkan ke pusat kerajaan. Si pembunuh kemudian tertangkap dan akibatnya seluruh pelarian dari Majapahit dihabisi tanpa sisa.

Karena tubuhnya tidak pernah diketemukan, kepala Pangeran Arya kemudian dimakamkan di daerah Krajan. Sampai sekarang kuburan kuno itu masih bisa diketemukan. Karena kesedihannya kehilangan pemimpinnya, masyarakat di sana kemudian menganti nama Pangeran Arya dengan sebutan Ki Nganteng. 

Menjadi kebiasaan masyarakat kita yang sering merubah nama-nama sesuai hati. Nganteng yang dulunya dibanggakan karena nama seorang pemimpin yang tampan dan bijaksana lambat laun menjadi Genteng.

Tidak ingin kejadian yang menimpa Pangaran Arya/Ki Nganteng terulang lagi, masyarakat kemudian melahirkan aturan bahwa siapapun pendatang dari barat wajib mandi di Sungai Setail. Hal ini dimaksudkan sebagai penebus kesalahan pendahulunya dan bentuk penghormatan kepada Pangeran Arya.

Lambat laun aturan ini berkembang menjadi mitos dimana jika pendatang dari barat kemudian mandi di Sungai Setail, maka dia akan mendapatkan jodoh warga setempat dan tidak akan pernah bisa lagi menjadi warga daerah asalnya. 

Sedangkan bagi warga lokal, mandi di sungai Setail adalah sebuah kewajiban yang harus dilakukan karena mereka percaya akan mendapatkan kekuatan dan perlindungan dari Pangeran Arya saat akan melakukan sesuatu yang besar. Tradisi mandi di sungai Setail juga harus dilakukan para perantau Genteng yang pulang kampung. 

Mandi di sungai Setail minimal satu tahun sekali akan menjadikan mereka selamat saat jauh dari rumah. Setail adalah kehidupan bagi warga Genteng.

Pertanyaan saya, apakah cerita yang saya sampaikan memiliki kemiripan dari cerita bapak tua yang sudah kalian dengar. 

Jika tidak, maka datangi lagi bapak tua itu dan bertanyalah "Mengapa sungai Setail harus dibagi dua jalur di daerah Maron?".

"Saya yakin, dia tidak akan pernah bisa menjawabnya. Karena dia adalah pendatang yang dulu pernah tinggal di sini namun tidak bisa pulang ke kampung halamannya karena dia sudah terikat perjanjian dengan Sungai Setail. Sama seperti kita yang sejak lahir ditakdirkan menjadi anak-anak sungai Setail,".

Komentar

Postingan populer dari blog ini

‘Dua Jaya’, Penambal Ban Paling Ampuh se-Kota Genteng

Bertobat Jangan Setengah-setengah

Sekilas Tentang Kematian Media Cetak