Mengenang Tulisan Tangan
Saya
masih ingat pertama kali ketika harus menulis kata-kata “Ini Budi”, kemudian
disusul ini “Ini Ibu Budi”, “Ini Bapak Budi”, dan dilanjutkan kakak serta adik
Budi. Hanya berisikan tiga kata saja, namun setiap huruf yang tergores di
kertas bergaris itu seperti sebuah siksaan yang begitu berat bagi anak yang
baru memasuki sekolah dasar. Sebuah tulisan tangan tegak.
Rasanya
baru kemarin, saya merasa belajar untuk menuliskan berbagai huruf untuk bisa
dibaca dengan tangan. Saya tidak ingat lagi berapa tahun berlalu saya tidak
lagi menggunakan tangan saya ini untuk melakukan tulisan. Terutama untuk
tulisan yang panjang-panjang seperti mengarang. Kebanyakan hanya tulisan kecil
yang maksimal lima karakter kata sebagai kata kunci kalimat yang akan dirangkai
di layar komputer.
Saya
pernah mencobanya. Namun menemui kegagalan karena setiap apa yang saya pikirkan
untuk digabungkan dalam rangkaian tulisan tidak pernah terbentuk. Mandeg di
tengah jalan. Bahkan beberapa kali saya mengalami stagnan di awal penulisan.
Dari
tulisan tanganlah saya mampu memahami dunia ini. Dari tulisan tangan itulah
kita dikenal sebagai pribadi yang berbeda dengan orang lain. Bahkan dengan
saudara yang sedarah kita memiliki perbedaan yang begitu mencolok saat
membandingkan tulisan tangan.
Dulu,
tulisan tangan yang indah adalah tulisan tangan yang membiarkan abjad-abjad tersambung
tanpa garis. Berpisah tegak namun menjadi kesatuan yang sangat mudah dibaca dan
enak dilihat. Sedangkan untuk tulisan tangan yang melingkar-lingkar dan
tersambung garis tak putus adalah sebuah musibah bagi setiap orang yang ingin
membacanya. Sebab akan sangat sulit dibaca dan memerlukan penjelasan dari sang
penulis. Bahkan terkadang sang penulis harus melihat lagi abjad yang tertulis
untuk bisa membaca tulisan tangannya sendiri.
Di
jaman orang tua dulu, tulisan tangan yang indah adalah tulisan bersambung yang menyajikan
berbagai garis melengkung di atas maupun di bawah dengan sangat eksotik. Meski terkadang
agak sulit dibaca, tapi ketika perlahan-lahan dicoba semua abjab akan muncul
dengan sendirinya dan tentu saja tidak menyakitkan mata.
Tulisan
tangan adalah pelajaran pertama bagi manusia untuk mengenal dunia. Sekarang,
semua tulisan setiap manusia bisa dipastikan sama karena bentuk yang sama dan kebanyakan
manusia enggan untuk menikmati perbedaan yang kiranya akan memberi pengalaman menyenangkan.
Komentar
Posting Komentar