Kepada kawan

Bagaimana kabarmu kawan? Semoga engkau senangtiasa mendapatkan limpahan anugrah dan kesehatan dari Tuhan YME. Jika kau bertanya tentang kabarku, aku masih sehat dan berumur panjang. Namun kondisi kantong masih dalam keadaan kering. Biasa laku kehidupan setiap manusia.
Apakah kau sekarang sering pulang ke kota kampung halaman kita? Kau merasakan perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kurun waktu terakhir ini? Jika kau merasakan hal yang sama, aku juga.
Perubahan mencolok terjadi pada jalan yang berada tepat di depan sekolah dasar tempat kita menuntut ilmu. Dulu saat siang yang panas, jalan itu memberi kita keteduhan daun-daun pohon asam dan ketepeng yang subur di kanan kiri jalan. Saat musim buah asam datang, kau dan aku selalu mencari buah asam untuk dibawa pulang dan kemudian kita makan bersama dengan gula. Aku selalu suka gula asam buatan ibumu. Sedangkan kau sangat senang mendapatkan suguhan rujak manis yang dibuatkan emakku saat bermain ke rumah.
Jalan ini dulu sering kita lalu hampir setiap hari. Kita bersepeda menanjak menuju utara untuk bisa sekedar menikmati derasnya kanal yang berjarak 2 km dari satu-satunya pasar di kota kecil ini usai pulang sekolah. Apakah kau masih ingat, saat kita berlari telanjang kau langsung terjun ke bagian yang agak dalam untuk menghindari tatapan dari teman perempuan satu kelas sd kita saat melintas bersama bapaknya. Kau yang tidak mahir berenang lantas meminta tolong kepadaku.
Sekarang. Jalan ini sudah banyak berubah. Pohon di kanan kiri jalan sudah digantikan bangunan baru baik rumah maupun ruko yang hidup 24 jam penuh. Kota ini sudah berubah. Aku kehilangan kenangan saat berada di kampung halaman sendiri.
Aku dengar kau sekarang menetap di kota kecil yang memiliki pantai terindah yang paling kuingat? Bagaimana kondisinya sekarang, apakah juga sudah berubah seperti kota kampung halaman kita?
Pertama kali berkunjung ke sana, itu adalah kenangan terindah. Memberanikan seorang diri, aku datang pagi hari dari kota tempat aku mengadu nasib dan mengejar cita-cita. Bersama tukang becak, pagi itu aku sempat menikmati keindahan kota kecil itu dan makanan khas mereka sebelum bergerak perlahan menuju rumah perempuan yang ku kenal di bus saat perjalanan luar kota.
Pantai itu apakah masih indah seperti dulu? Dari puncak bukit, kita bebas memiliki sudut dan tempat duduk untuk menikmati pantai yang menjorok ke daratan dengan latar belakang hamparan biru ke selatan. Itu pantai terindah yang aku kenang. Bersama kenangan cintaku bersamanya.
Kau tahu, aku begitu bahagia saat pertama kali mengenalkan dia kepadamu. Dalam sekejap saja kalian sudah akrab dan kita bertiga terlibat pembicaraan banyak. Kita bertiga seperti saudara yang lama tidak berjumpa.
Oh ya, apakah kau tidak kangen hobi bersama kita dulu sobat? Mancing. Tidak usah ke laut lah, kita pergi saja ke sungai favorit di tengah perkebunan kakao. Di sana kita berburu wader dan kakao masak yang berwarna kuning. Disela-sela mancing kita akan banyak ngobrol seperti dulu. Mengenang masa lalu. Mengenang para sahabat. Mengenang kenakalan. Tentu saja, aturan melepaskan ikan yang didapatkan lawan tetap menjadi aturan yang harus dilaksanakan karena disanalah serunya.
Sampai sekarang kau masih suka minum kah? Dua minggu aku muntah darah dan dirawat jalan sebentar. Kata dokter aku kebanyakan mengonsumsi alkohol yang belum direkomendasikan oleh Dinkes. Bah, aku ingat katamu, jika kau masih suka minum, maka pilihlah minuman berlabel resmi dari Dinkes. Sudah pasti minuman itu direstui pemerintah dan tidak membahayakan.
Apakah kau menghitung sudah berapa lama kita ternyata tidak bersua, 10 tahun apa? Aku hitung kita sudah 10 tahun tidak pernah bertatap muka maupun bertegur sapa lagi. Bahkan meski kau dan aku sama-sama mudik di lebaran yang sama, kita lebih suka menyibukkan diri dengan tujuan yang sama. Untuk saling menghindari pertemuan. Tapi tenang saja, di dunia maya aku sering kali mengunjungi halaman pribadimu untuk sekedar mengetahui kabar dan melihat foto-foto pribadi serta keluargamu.
Kualamatkan surat ini sesuai dengan petunjuk yang diberikan adikmu saat ketemu di jalan kemarin siang. Dia juga sempat memberikan nomor teleponmu tapi aku sengaja tidak mencatatnya. Ya mohon dimaklumi saja.
Wah sudah banyak ternyata yang aku sampaikan dalam selembar kertas ini. Etika yang tidak sesuai mengingat kita sudah satu dekade tidak bertegur sapa. Jika tahun depan kau sempat pulang, sempatkanlah kau mampir ke rumahku. Emakku selalu menanyakan kabar tentangmu? Ok, salam dari sahabat lamamu dan semoga engkau serta keluargamu selalu mendapatkan berkah.
Maaf aku ingin bertanya satu lagi. Bagaimanakah kabar istrimu, apakah dia masih cantik seperti dulu saat kami pertama kali bertemu? Tolong sampaikan salamku untuknya. Aku masih mencintainya sampai sekarang.


Salam Sahabat Karibmu

Komentar

Postingan populer dari blog ini

‘Dua Jaya’, Penambal Ban Paling Ampuh se-Kota Genteng

Bertobat Jangan Setengah-setengah

Sekilas Tentang Kematian Media Cetak