Kami Ingin Mandiri Mendapatkan Kekayaan dan Kejayaan

Mudah sekali kalian mengumbar ‘nrimo ing pandum – nrimo ing pandum’. Kalian besar-besarkan itu untuk menutupi ketidakmampuan kalian menjadi pemimpin yang didapatkan tanpa perjuangan.

Pada dasarnya kalian mengumbar kata-kata itu untuk tetap melanggengkan kehidupan bahagia yang kalian dapatkan sejak kalian masih menjadi sperma.

Terlahir kaya, mendapatkan kerja yang dibayar negara dengan mudah, itupun masih mendapatkan triliunan dana hibah yang dibungkus kata-kata budaya.

Sedangkan kami, para pemburu rupiah harus terpontang-panting tanpa jaminan bakal bergelimang rupiah. Bukannya kami tidak mau meminta kekayaan orang tua kami seperti kalian. Tapi kami ingin mandiri mendapatkan kekayaan dan kejayaan kami. Tanpa pernah harus menjadi penjilat yang menjijikan.

Kami memilih kota ini karena kami yakin kehidupan kami akan lebih baik dibandingkan dengan kehidupan di kota sebelumnya. Kami bukan menyalahkan pilihan. Tapi kami menyalahkan pemimpin kota ini.

Pemimpin yang hanya bisa mengobral kata-kata dan tanpa pernah bertindak membahagiakan rakyat yang telah dipaksa memberinya kuasa. Bangga dengan kemiskinan rakyatnya, karena hanya itu yang bisa dipertahankan untuk terus-menerus mengemis bantuan.

Pemimpin yang seolah-olah bijak, namun hanya mementingkan golongan lingkaran kekuasaannya. Pemimpin yang tidak pernah mau menjabarkan arti kata pembaharuan. Pemimpin yang selalu berkata-kata menyakitkan ketika ada kritik keras.

Kata mendiang Buya Syafii Maarif, pada suatu waktu pesta itu akan berakhir. Tinggal sekarang kalian yang memimpin kota ini untuk mengakhiri pesta yang kalian gelar sendiri. Selesai dengan baik-baik dan semua rakyat senang. Atau selesai dan tidak akan pernah tumbuh lagi.

Pilihan itu ada di tangan anda sekarang. Tinggal sejengkal jarak kepala dengan tanah.  


Komentar

Postingan populer dari blog ini

‘Dua Jaya’, Penambal Ban Paling Ampuh se-Kota Genteng

Bertobat Jangan Setengah-setengah

Sekilas Tentang Kematian Media Cetak