Awal 2023, Tanpa Judul, Tanpa Foto

 Saya tak habis pikir. Memasuki usia ke-40, rasanya dunia begitu berubah. Sudut pandang  berubah total. Ada semacam keikhlasan. Ada semacam rasa menyerah. Terkadang dibumbui dengan prinsip pasrah pada takdir Yang Maha Kuasa.

Padahal dunia bergerak begitu cepat. Perekonomian semakin meningkat dengan tumbuh besarnya anak-anak. Keinginan pribadi lebih sering dikorbankan demi kebahagiaan mereka.

Tapi itulah resiko menjadi orang tua. Membahagiakan anak adalah kewajiban. Menjadikan mereka selalu tersenyum dan mengucapkan terima kepada kita saat mendapatkan apa yang diperolehnya. Seperti mendapatkan surga.

Saya masih memiliki tenaga. Saya masih memiliki otak. Semuanya bisa bekerja dengan kemampuan maksimal. Namun perbedaan sudut pandang seperti menghambat pola kinerja tubuh dan otak.

Sewaktu-waktu seperti menggampangkan ketika menemukan masalah yang membutuhkan solusi tercepat. Seolah-olah bisa ditunda ketika harus bisa segera diselesaikan.

Saya tidak tahu apakah memasuki usia 40-an anda merasakan hal yang sama.

Kita ingin berlaku bijak pada setiap orang-orang yang lebih mudah usianya. Namun bijak di mata kita tentu tak sama di mata mereka.

Saya ingin berlindung di bawah orang-orang yang lebih tua, karena mereka lebih banyak pengalaman. Namun mereka saya lihat seperti penghianat. Memanfaatkan setiap kesempatan untuk meraih keuntungan pribadi.

Saya ingin menceritakan semuanya. Tapi tidak ke banyak orang. Hanya satu sampai dua orang saja. Namun itu tidak semua yang akan saya ceritakan. Agar saya terlihat kuat dan tegar menghadapi masalah kehidupan.

Namun semua ada batasnya. Ada satu waktu yang membuat kita harus berdiam diri, merenung, memahami dan mensyukuri apa yang kita pernah dapatkan selama ini.

Pengalaman, pertemanan, dan kebodohan dalam menyingkapi suatu hal adalah masa lalu yang harus tetap menjadi pembelajaran.

Bukannya menyerah pada perjuangan. Tapi terkadang di ujung jalan itu saya melihat tidak adanya kesempatan. Merasa semua tergopoh-gopoh meraih hal yang sama. Padahal ketika didapatkan, rasanya hanya seperti itu-itu saja.

Banyak merenung dan lebih banyak diam mungkin bisa menjadi obat bagi jiwa.  



Komentar

Postingan populer dari blog ini

‘Dua Jaya’, Penambal Ban Paling Ampuh se-Kota Genteng

Bertobat Jangan Setengah-setengah

Sekilas Tentang Kematian Media Cetak