Catatan Ke-122: Mencari Kenangan Atas Kendang Kempul Banyuwangi



Tulisan ini sempat tertunda. Tak usah ditanya sebabnya. Yang pasti menuliskan awal kalimat agar memudahkan dibaca, saya kesulitan menemukannya. Baiklah saya akan memulai.
Kenangan saya akan musik khas Banyuwangi, kiranya masih mengakar kuat. Meski sudah 15 tahun lebih meninggalkan Bumi Blambangan, namun di beberapa waktu kosong saya terkadang melantunkan musik Kendang Kempul yang dulu pernah menjadi lagu wajib saat pulang sekolah melintasi areal persawahan.
Jangan dibayangkan Kendang Kempul di masa 1990-an sama seperti yang sekarang. Kendang Kempul yang 10 tahunan lebih beredar dan dikenal luas merupakan modifikasi ulang para rekan-rekan seniman Banyuwangi. Untung saja Bahasa Using masih dipergunakan sebagai lirik lagunya.
Dikenalnya musik Kendang Kempul versi koplo ini saya anggap sebagai sarana mempromosikan Banyuwangi dengan Suku Usingnya. Jujur, sampai sekarang saya masih mendapatkan pertanyaan ‘Siapakan suku Using itu?’.
Saya janji jika nanti ada yang tanya akan saya jawab ‘Sing’.
Di era saya masih culun, SMP dan SMA, Kendang Kempul masih belum banyak mengalami perkembangan pesat. Musik yang kembali hidup usai peristiwa 1965-an, menjadi tuan rumah di Banyuwangi.
Arti besar macam Sumiyati, Suliana, Cahyono, dan Alif S menjadi artis lokal yang di setiap pentasnya selalu dipenuhi penonton. Judul-judul ‘Pethetan’, ‘Kembang Galengan’, ‘ Konco Lawas’, ‘Umbul-umbul Blambangan’, ‘Gelang Alit’, ‘Padhang Bulan’, dan lainnya terkadang masih saya nikmati via youtube.
Lirik tentang alam, persahabatan, semangat, dan cinta masih menjadi pilihan utama sebagai dasar lagunya. Coba anda dengarkan saja.
Sejarahnya, Kendang Kempul adalah modifikasi dari musik ‘Gandrung’ yang sudah menjadi ikon Banyuwangi. Tambahan alat kempul (gong kecil) dan suling sebagai pelengkap kendang menjadikan irama yang dihasilkan begitu rancak.
Hingga 1990-an, Kendang Kempul masih menyisakan ritme tradisional yang menjadi tanda-tanda dari perilaku orang Using pada umumnya. Sedikit saya gambarkan, karakter orang Using selain memiliki suara keras, mereka adalah kelompok masyarakat yang mudah menerima perbedaan, tidak mudah menyerah, dan selalu terus terang tentang apa yang ingin disampaikan. Tanpa pernah ditutupi. Kendang Kempul tradisional, jika boleh saya sebut, mengambarkan karakter itu semuanya.
Sayangnya memasuki tahun 2000-an, saya kehilangan intesitas mendengarkan musik Kendang Kempul.
Dari beberapa referensi yang coba saya dapatkan, di awal abad milinium Kendang Kempul mengalami transformasi bunyi yang menurut saya dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan pasar.
Penggunaan organ atau elektone menjadi pembeda yang berarti dalam musik Kendang Kempul itu. Bahkan beberapa seniman Kendang Kempul mencoba menghadirkan jenis musik pop, pop etnik, rock etnik, dan hasilnya adalah jenis Kendang Kempul koplo seperti sekarang ini.
Terus terang telingga saya tidak terbiasa dengan jenis musik baru yang mewarnai Kendang Kempul saat ini. Meskipun secara umum, tampilan baru Kendang Kempul ini mampu mengaet pasar besar terutama skala nasional. Berbeda dengan versi Kendang Kempul lama yang hanya menjadi berjaya di rumah sendiri.
Minggu lalu saya mendapatkan kiriman dari seorang kenalan di Banyuwangi yang menghadirkan musik pop dengan lirik sepenuhnya Bahasa Using.
Berto Gracia Boeloerditti, nama kerennya di fanpage. Saya mencoba mencari tahu tentang perkembangan musik Kendang Kempul jenis baru dihadirkan dirinya bersama rekan musisinya di Bozze Manajemen.
Saya (S) : Bagaimana anda melihat perkembangan musik pop yang sepenuhnya berbahasa Using sekarang ini?
Berto (B) : Saya pribadi yang memang bukan tergolong konsumtif, dan sebagai musisi. Saya melihat perkembangan musik etnik Banyuwangi adalah hal yang wajar. Sebab perubahaan adalah sebuah keniscayaan yang tidak bisa kita lawan.
S : Apa yang membedakannya dengan musik Kendang Kempul lama?
B : Dari sisi notasi, lagu-lagu daerah Banyuwangi banyak yang lepas dari pakem notasi sebenarnya. Semisal dari not-not pentatonic minor yang selama ini menjadi ciri khas notasi Kendang Kempul tidak akan diketemukan di genre yang baru ini. Namun ada satu hal yang masih dipertahankan, cengkok suara penyanyi (Vokal) masih terus dipertahankan. Dan itu yang menjadi ciri khas lagi Banyuwangi sekarang.
S : Bagi anda, apakah perubahan musik Banyuwangi ini akan memiliki dampak hilangnya musik tradisional?
B : Saya tidak melihat itu. Perubahan dalam dunia musik terus berkembang mengikuti eranya. Dari jaman Elvis Presley sampai ke Beatles. Musik etnik Banyuwangi saat ini memang harus keluar dari pakem Kendang Kempul karena tuntutan zaman yang mengharapkan seperti itu dan produser juga harus mau menyuguhi pasar jika ingin productnya berjalan di pasaran,
Namun juga masih banyak rumah rumah produksi atau label label kecil yang masih berani melawan arus dengan menghadirkan musik yang sesuai pakem. Tapi  memang sekarang eranya koplo, dan banyak macam macam varian koplo. Sehingga musik etnik yang mereka hasilkan tidak terdengar keras di pasar.
Tapi saya sebagai seniman , musisi , arranger , tetap akan bertahan dengan tidak lelah untuk berkarya.
S: Anda melihat apakah selain koplo, genre pop seperti dalam video yang ada bagikan di fanpage akan diterima pasar, khususnya di Banyuwangi?

B :  Kalau warna pop dengan bahasa Osing Banyuwangi saya rasa sudah berkembang, banyak lagu lagu pop yang berbahasa Osing yang sudah beredar di pasaran. Namun kalau untuk band pop indie yang ada di Banyuwangi masih kurang berminatnya para produser dan label label yang di Banyuwangi untuk mengemasnya

S: Sejak kapan pop etnik Banyuwangi berkembang?

B: Musik pop etnik Banyuwangi sudah berkembang lama sekali, seiring dengan berkembangnya era dalam ber apresiasi. Banyak satu materi lagu yang di arransemen menjadi berbagai warna, mulai dari kendang kempul, patrol, keroncong, house musik, sampai dengan koplo

S : Ada keterkaitkan pop etnik Banyuwangi dengan pop etnik Bali yang sudah berkembang lebih dulu?

B: Saya rasa Bali sudah mengawali sebelum Banyuwangi, banyak lagu lagu Bali dengan bahasa Balinya tapi di arransemen dengan berbagai warna musik. Namun Banyuwangi juga mempunyai karakter sendiri yang khas dengan notasi pakemnya dengan pentatonic minor.
S : Pertanyaan terakhir. Apakah musik pop, koplo etnik Banyuwangi bisa menjadi genre baru dalam perkembangan musik bumi Blambangan?

B: Di semua wilayah Banyuwangi, apapun genre musik yang ditawarkan pasti akan diterima. Karena memang kreatifitas musisilah yang dihargai masyarakat sini. Tapi yang pasti, apapun genre musiknya, asalkan masih mengangkat kultur daerah dan pariwisata, lagu-lagu Banyuwangi diterima karena akan dikemas secara apik.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

‘Dua Jaya’, Penambal Ban Paling Ampuh se-Kota Genteng

Bertobat Jangan Setengah-setengah

Sekilas Tentang Kematian Media Cetak