Postingan

Menampilkan postingan dari 2018

Saya Memilih Jongkok Tinimbang Duduk

Pada dunia twitter. @Puthutea pada 04.56 - 5 Des 2018 menuliskan: Luur, dalam hal perngisingan, kowe modele kaya wong apa? Model wc duduk, wc jongkok, apa model ‘plung lap’ neng kali kae? Aku asline seneng sing model ‘plung lap’, apamaneh nek kaline resik, berbatu, karo udud, tur neng ngisor akeh iwak2 sing siap nampani. Damai... Membaca ini saya tertawa sendiri dalam hari. Saya tidak merettwit atau berkomentar. Saya berpikir ini akan menjadi bahan dalam tulisan blog. Sebuah pertanyaan sederhana yang saya kira akan jamak diajukan kepada masyarakat kita. Masyarakat yang memiliki anugerah terbesar di dunia, melimpahnya air sehingga mengakibatkan banyaknya sungai. Tentu saja, sungai dalam sejarah kebudayaan manusia adalah sumber hadirnya kehidupan manusia. Banyak sejarah menyatakan, sepanjang sungai merupakan tempat tinggal terbesar dan terbanyak manusia. Manusia menjadi sungai sebagai sumber kehidupan dan wadah aktivitas keseharian. Sebagai sumber air minum. Sebagai tempat menc...

Kebohongan Akan Kebenaran, Dimaafkan Tetapi Tidak Dilupakan

Melihat media sosial dan internet sekarang ini saya tidak akan pernah mengeluhkan keberadaan berita bohong yang begitu banyak tersebar. Kebohongan seperti sebuah penyakit menular yang menjangkiti setiap masyarakat. Bagi saya, melakukan melakukan kebohongan pada dasarnya merupakan satu dari banyaknya keinginan dalam menjalani kehidupan. Tentu saja, saya tidak akan pernah menjadikan masalah saat sebuah kebohongan dilakukan orang lain pada diri saya sendiri atau katakanlah satu individu saja. Sebab maaf menjadi pintu masuk untuk berhubungan kembali meski tidak bisa dilupakan. Tetapi bagaimana jika kebohongan itu dilakukan kepada publik? Apakah hanya cukup akibat yang ditimbulkan diselesaikan dengan permintaan maaf saja. Cerita pengembala domba dan petani yang disampaikan dalam serial ‘Upin-Ipin’ menjadi gambaran jelas bagaimana karma yang timbul akibat melakukan kebohongan. Dimaafkan tetapi tidak dilupakan. Dimaafkan tetapi tidak bisa dipercaya.   Sekarang ini, kebohongan ...

Matematika dan Nalar Kita...

Gambar
           Menginjak catur wulan ke dua kelas dua SMA, saya memutuskan tidak lagi menyenangi matematika. Padahal sebelumnya saya bergairah ketika mata pelajaran ini dimulai. Bukan karena kemampuan otak saya yang buntu.             Namun keputusan saya lakukan dengan cepat karena guru pengajar ilmu hitung ini sangat tidak interaktif dalam memberikan bahan pengajaran. Selama dua jam mata pelajaran yang diampunya, guru pria ini sama sekali tidak menoleh ke belakang. Menatap lurus ke depan, ke papan tulis sambil bicara sendiri dan menulis berbagai rumus.             Saya juga menilai dia diskriminasi. Hanya siswa-siswi pintar ber-matematika saja yang diperhatikan. Sedangkan yang lain, terlebih deretan bangku belakang tidak pernah dihiraukan sama sekali. Guru ini tidak pernah mempedulikan siswa yang lain bisa apa tidak. Yang penting dia mengajar, d...

Nuklir, Ditakutkan Namun Dibutuhkan

Gambar
Menukil pembukaan berita yang ditulis Nurhadi Sucahyo di: https://www.voaindonesia.com/a/indonesia-go-nuclear-mimpi-atau-keinginan-realistis-/4628693.html . “Teknologi nuklir bagi Indonesia seperti buah simalakama. Kebutuhan energi listrik yang besar, misalnya, bisa diselesaikan dengan nuklir. Namun, penolakan dari masyarakat juga luar biasa,”. Adalah penggambaran yang tepat bagi kondisi dunia energi di Indonesia sekarang. Bukan saya mau sok ahli-ahlian dalam bidang energi. Tetapi sebagai pemerhati penulis yang tertarik dengan bidang energi, perkenankan saya menulis meskipun tidak dalam tentang energi sebagai pengetahuan saja. Jika membaca tulisan Nurhadi, kenapa nuklir? Kita akan secara gamblang mendapatkan jawaban di sana. Keberadaan Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) yang sejak 1978 sudah memulai penelitian tentang nuklir sebagai sumber energi terbarukan, ternyata sampai sekarang belum pernah ada realisasinya. Selama 40 tahun penelitian itu tidak terwujud sesuai hara...

Sang Guru

Seorang guru tua yang memiliki padepokan kecil di pinggir hutan kecil jauh dari pemukiman, siang menjelang sore itu memberikan petuah kepada puluhan anak didiknya. Sambil duduk bersila di tempat yang lebih tinggi dibandingkan muridnya, mulainya dia menjabarkan tentang filsafah-filsafah kehidupan orang Jawa yang sudah menjadi pokok inti ajaran padepokannya sejak berdiri 30 tahun lalu.  Sang Guru berkata.  “Beberapa orang memiliki kepercayaan, bahwa kebijakaan yang purna adalah mampu menerima apapun yang ditakdirkan untuk dirinya saat itu. Entah bagaimana secara sempurna, Tuhan, menyandingkannya dengan kenyataan sekarang. Saya yang juga mempercayainya,”. “Kekayaan yang didapatkan dari pekerjaannya sendiri adalah sesuatu yang berharga, tapi lebih berharga adalah sesuatu yang diperoleh orang dengan darah pada saat perang”.  “Sedangkan yang kurang berharga adalah kekayaan yang diperoleh dari warisan orang tuanya. Kekayaan yang didapatkan dari orang tua atau is...

Kenangan Akan Mantan

Gambar
Dalam pembicaraan santai sore itu, Senior yang saya menghormati mengajukan pertanyaan sepele. Walau sepele, namun bagi saya butuh sekitar lima menit menemukan jawabannya. “Apa kenangan yang kamu miliki atas mantan pacarmu? Atau jangan-jangan kau tidak pernah punya mantan?,” katanya. “Aku pernah pacaran, tapi hanya sekali. Itupun menjelang akhir kuliah. Ya masa SMA-ku banyak kuisi dengan kenakalan agar jika sudah berkeluarga aku sudah bertobat,” ujarku. “Jadi apa kenangan akan mantanmu?,” “Sambal pecel. Baginya sambal pecel yang enak berisikan banyak kacang saat membuatnya. Awalnya aku tidak percaya,” kataku. Sambil merokok saya bercerita, kami berpacaran jarak jauh. Jadi bisa dikatakan satu bulan sekali bertemu karena saya harus mengumpulkan uang dulu untuk berkunjung ke kotanya. Jadi seluruh biaya ke sana adalah jatah dua minggu makan siang hilang. “Tapi demi cinta, semua sangat irasional dan kami berjalan hampir setahun,” lanjutku. Barulah saya menya...

Membaca Koran...

Gambar
“Terkadang saya menemui beberapa orang yang menyatakan tetap membaca koran. Bagi mereka, koran merupakan bagian terpenting dalam menumbuhkan minat baca, warisan orang tua mereka. Sampai sekarang mereka masih berharap koran terus ada dan menjadi pegangan di era banjir bandang informasi,”. (Bre Redana dalam ‘Di Atas Prameks’) Ketika masih di rumah, Bapak saya sering menegur untuk tidak membaca koran sebelum dia membacanya. Bapak adalah orang pertama yang wajib membaca koran di bengkel kami. Bahkan ketika saya usai membacanya, Beliau kembali mengingatkan agar menata koran sesuai halaman. Tidak terpencar-pencar, sehingga ketika dibawa pulang bisa ditumpuk rapi di rumah. Hampir delapan tahun lebih membantu di bengkel, seharipun saya tidak terlepas dari koran. Hingga sekarang Jawa Pos masih menjadi rujukan bapak mendapatkan informasi. Saya kira, beliau tidak percaya televisi. Sebab pernah di suatu hari beliau berkata, “Menonton televisi menyia-yiakan waktu kerja dan istirah...

Penampilan Wayang Kardus Di Perumahan Saya

Gambar
Sebelum saya menulis lebih jauh. Saya pribadi dan mungkin mewakili warga perumahan mengucapkan permohonan sebesar-besarnya kepada budayawan wayang. Apa yang kami lakukan ini bertujuan hiburan semata, tidak ada maksud lain. Mengingat kesuksesan penampilan ketoprak mini ‘Bawang Merah dan Bawang Putih’ di tirakat dua tahun lalu yang berhasil menghadirkan gelak tawa warga di malam tirakatan 17 Agustus. Bapak-bapak menjawil saya untuk bergabung dalam pertunjukan serupa tahun ini. Saya mengiyakan. Setahun sekali tampil berbeda dengan menghibur warga kiranya tidak membuat hidup saya bertambah beban. Toh penampilan di atas panggung tidak ada artinya dibandingkan dengan perjuangan pahlawan kemerdekaan. Tanpa babibu, singkat kata terkumpul enam bapak-bapak lainnya termasuk saya. Pak Asep, Pak Heri, Pak Nanang, Pak Doni, dan Pak Ryan. Dua malam sebelum pentas kami rapat singkat. Dengan musyawarah mufakat, atas usulan Pak Asep ketoprak mini mengambil settin...