Nuklir, Ditakutkan Namun Dibutuhkan




“Teknologi nuklir bagi Indonesia seperti buah simalakama. Kebutuhan energi listrik yang besar, misalnya, bisa diselesaikan dengan nuklir. Namun, penolakan dari masyarakat juga luar biasa,”. Adalah penggambaran yang tepat bagi kondisi dunia energi di Indonesia sekarang.
Bukan saya mau sok ahli-ahlian dalam bidang energi. Tetapi sebagai pemerhati penulis yang tertarik dengan bidang energi, perkenankan saya menulis meskipun tidak dalam tentang energi sebagai pengetahuan saja.
Jika membaca tulisan Nurhadi, kenapa nuklir? Kita akan secara gamblang mendapatkan jawaban di sana.
Keberadaan Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) yang sejak 1978 sudah memulai penelitian tentang nuklir sebagai sumber energi terbarukan, ternyata sampai sekarang belum pernah ada realisasinya. Selama 40 tahun penelitian itu tidak terwujud sesuai harapan.
Ketakutan dan kekuatiran akan bahaya atau dampak radioaktif nuklir ternyata masih digunakan banyak masyarakat sebagai stigma bahwa nuklir sangatlah bahaya. Dari sanalah muncul penolakan bahwa energi nuklir tidak akan berkembang di Indonesia. Ini menjadi catatan non teknis dari BATAN maupun dari pemerhati energi nuklir.
“Masalah non teknis kita anggap tidak tepat mendudukan nuklir sebagai kompetitor minyak atau batu bara. Namun dari sisi teknis Indonesia siap kalau suatu saat pemerintah menyatakan Indonesia go nuclear,” kata Kepala BATAN Djarot Sulistio Wisnubroto.
Berbeda dengan bahan baku pembangkit energi lainnya. Energi nuklir memiliki kelebihan yaitu bersih dalam munculnya limbah, harga bahan baku stabil, dan jangka operasional yang panjang dengan daya besar. Terlebih energi nuklir tidak akan menimbulkan polusi dan ini cocok dengan komitmen Indonesia menurunkan karbon hingga 29  persen pada 2030 nanti.
BATAN memastikan bahwa Indonesia saat ini sudah siap untuk mengembangkan energi nuklir karena memiliki sumber daya cukup. Salah satunya adalah tenaga ahli terdidik di sektor ini juga melimpah.
Namun kebijakan yang dikeluarkan pemerintah seperti menganaktirikan nuklir. Diperlukan sebuah langkah politik tegas untuk merubah paradigma pemerintah terhadap nuklir.
Sikap pemerintah inilah yang menjadi alasan, menurut Djarot, belum hadirnya sektor swasta yang berkenan menggarap bidang ini. Padahal secara tampak mata, 40 persen sektor industri membutuhkan pasokan listrik yang besar.
BATAN meyakini, dengan prinsip kehati-hatian dan keselamatan tingkat tinggi dalam membangun instalasi pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) harus diutamakan. Karena itulah rekomendasi wilayah yang siap adalah Kalimantan, Kepulauan Bangka Belitung, atau Jawa bagian utara karena kawasan rendah potensi gempanya.
Saat ini memang sumber energi berbahan bakar fosil (minyak bumi, batu bara, dan gas bumi) masih menjadi primadona pemerintah. Padahal penggunaan ketiga bahan bakar fosil itu menimbulkan polusi emisi karbon berbahaya.
Ketergantungan tinggi pada energi bahan bakar fosil diperkirakan membawa dampak buruk dalam hal kebijakan pemerintah soal pemanfaatan energi terbarukan. Jika tidak ada tindakan yang lebih, terutama dalam hal pengalihan bahan baku, kemungkinan Indonesia akan terjerat defisit fiskal besar kemungkinan terjadi.
Kenapa?
Peningkatan konsumsi energi yang tidak diimbangi dengan produksi, penurunan cadangan, dan minimnya kegiatan ekploitasi menjadi sinyal bahaya energi yang bisa dibaca mulai sekarang.
Data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Cadangan minyak mentah Indonesia saat ini menyentuh angka 3,6 miliar barel dengan tingkat produksi 288 juta barel per tahun. Dipastikan cadangan ini akan habis dalam 12 tahun mendatang.
Sedangkan untuk gas bumi, saat ini cadangan yang dimiliki Indonesia sebesar 98 triliun kaki kubik dengan tingkat produksi rata-rata 3 juta kaki kubik per tahun. Masih ada sisa waktu 33 tahun cadangan ini akan habis.
Dengan tingkat cadangan hanya berkisar pada 25-26 hari atau kurang dari satu bulan. Pertamina sebagai pengelola sumber daya ini menyatakan diperlukan, untuk memenuhi seluruh kebutuhan energi dari bahan bakar fosil ini perlu dilakukan impor minyak sebanyak 1,4 juta barel per hari. Jika harga minyak dunia 70 US$ per hari, maka berapa triliun rupiah yang disiapkan sampai 12 tahun mendatang.
Ini menjadi pertanda bahwa pemerintah harus segera mengambil tindakan tentang penggunaan energi.
Tapi yang pasti tulisan saya kali ini hanya memberi sudut pandang lain tentang penggunaan energi terbarukan. Selain nuklir, energi dari tenaga surya maupun bayu (Angin) sebenarnya memungkinkan untuk dikembangkan lebih luas.
Ini mengingat, bahwa bahan bakar energi yang kita gunakan sekarang ini adalah energi yang tidak bisa diperbarui. Artinya jika suatu hari nanti cadangan dan pasokan habis, maka dampak besar yang berkelanjutan akan hadir dalam kehidupan manusia.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

‘Dua Jaya’, Penambal Ban Paling Ampuh se-Kota Genteng

Bertobat Jangan Setengah-setengah

Sekilas Tentang Kematian Media Cetak