Selalu Berani Menulis Secara Sederhana

Berita muncul dalam benak manusia. Berita yang muncul dalam benak manusia itu bukan suatu peristiwa, ia adalah sesuatu yang diserap setelah peristiwa. Ia tidak tidak identik dengan peristiwa, melainkan sebuah upaya untuk merekontruksi kerangka inti peristiwa tersebut-inti yang disesuaikan dengan kerangka acuan yang dipertingkatkan agar peristiwa itu memiliki makna/arti bagi pembaca. Berita adalah sebuah aspek komunikasi dan memiliki karakteristik-karakteristik yang lazim dari proses itu.

Dalam artikelnya yang dipublikasikan Journalism Quarterly pada September 1984, Wilbur Schramm berpendapat bahwa seseorang memilih berita demi memperoleh sesuatu yang berharga bagi dirinya adalah kenyataan yang tidak perlu dibuktikan kebenarannya.

Imbalan ini bisa muncul dalam dalam dua bentuk. Yang satu berkaitan dengan apa yang oleh Sigmund Freud disebut ‘Prinsip Kesenangan’, yang satu lagi berkaitan dengan apa yang olehnya disebut ‘Prinsip Kenyataan’.

“Selanjutnya, di tulisan ini kita akan menyebutnya kedua imbalan itu dengan istilah imbalan langsung dan imbalan tertunda,” tulis Schramm seperti dilansir dari buku Etika Media Massa dan Kecenderungan Untuk Melanggarnya, karangan William L Rivers dan Cleve Mathews (1994).

Secara umum, jenis-jenis berita yang dapat diharapkan mampu memenuhi imbalan langsung adalah berita-berita kriminal dan korupsi, kecelakaan dan bencana, olahraga dan rekreasi, peristiwa-peristiwa sosial, dan human interest.

Imbalan tertunda diharapkan datang dari berita-berita mengenai public affair, permasalahan ekonomi, masalah-masalah sosial, ilmu pengetahuan, pendidikan, dan kesehatan.

Berita-berita dalam jenis yang pertama langsung memberikan imbalan kepada pembacanya. Pembaca dapat menikmati suatu pengalaman orang lain tanpa mengalami sendiri bahaya serta keteganganya.

“Ia (pembaca) dapat ikut bergidik dalam mengikuti berita pembacokan, mengeleng-gelengkan kepala ikut bersimpati dengan para korban bencana alam, mengidentifikasikan diri dengan dengan sang pemenang, ikut tersenyum dan seterusnya. Berbeda dengan jenis berita kedua yang memberikan imbalan kepada pembacanya di kemudian waktu,” terang Schramm.

Berita pada jenis kedua ini kadang kala memaksa pembacanya untuk menahan diri terhadap kejadian-kejadian yang tidak mengenakkan atau mengganggu- seperti berita tentang peningkatan pungutan pajak, utang negara yang kian mengunung, devaluasi, penyebaran penyakit AIDS, perubahan iklim serta akibatnya, dan lain-lain.

“Berita jenis ini memiliki semacam ‘nilai yang mengancam’,” kata ahli komunikasi dari Inggris ini.

Ketika seseorang membaca berita-berita dengan imbalan tertunda, selain memperoleh informasi dan dapat melakukan persiapan. Pembaca seketika itu juga menempatkan dirinya dalam dunia nyata di sekelilingnya yang hanya dapat dijalani dengan kerja keras. Berbeda dengan ketika pembaca menjatuhkan pilihan untuk mengakses berita yang memberikan imbalan langsung, biasanya ia akan memalingkan diri dari dunia nyata yang penuh ancaman ke dunia impian.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

‘Dua Jaya’, Penambal Ban Paling Ampuh se-Kota Genteng

Bertobat Jangan Setengah-setengah

Sekilas Tentang Kematian Media Cetak