Kematian
Dalam
statusnya di laman sosial, dua kawan baik di dunia nyata maupun maya, sama
menyinggung tentang kematian. Tentu saja, mereka lebih banyak membuat status
tentang kematian itu sebagai bentuk intropeksi diri agar kesalahan yang sudah
dilakukan sebelumnya dalam kehidupan tidak terulang lagi. Serta hal-hal yang
cenderung mengarah ke kebaikan lebih banyak bisa dilakukan di masa yang akan
datang. Semuanya demi apa yang disebut sebagai bekal ke dunia baru yang kasatmata.
Membahas kematian, yang bagi sebagian besar komunitas di
dunia, terlebih lagi di Jawa sangat tabu untuk dibicarakan. Jujur, dalam hati,
saya ingin mengetahui lebih banyak tentang kematian dan apa yang terjadi
setelahnya. Saya membaca berbagai literasi yang menceritakan tentang kematian
yang bisa saya temukan. Saya hanya memahami dan tentu saja saya siap kapan
saja.
Kematian adalah jalan kehidupan yang harus setiap manusia,
tidak ada yang terkecuali. Ada kelahiran, ada kematian. Sejak manusia pertama
hadir di bumi, kematian dan kelahiran datang silih berganti di setiap detik
waktu yang berputar.
Dalam banyak kepercayaan. Kematian dianggap sebagai sebuah
proses akhir dari semua perbuatan manusia di dunia. Kematian adalah proses
berpisahnya roh dengan tubuh materialnya. Kematian akan membawa duka. Kebalikan
dari kelahiran yang membawa suka. Kematian tidak bisa dihindari. Kematian tentu
saja datang setiap saat tanpa bisa disadari atau diramalkan. Kematian adalah
hak tunggal Tuhan Sang Maha Pencipta dan Pengatur Kehidupan Manusia.
Dalam sebuah puisinya, Sanusi Pane menuliskan, “Ajal adalah
tangan-tangan gaib yang mencekik leher sampai kita tidak bisa bernafas yang
bisa kapan saja datangnya”.
Di
kebudayaan Jawa. Orang-orang Jawa dan mungkin di seluruh kebudayaan Timur.
Membicarakan kematian dianggap tabu karena dianggap sebagai sebuah pertanda
perpisahaan. Dan biasanya, bagi yang bersangkutan maupun yang mendengarnya, hal
itu merupakan siksaan serta beban pikiran karena mereka belum siap.
Dalam “Sejarah Dunia Yang Disembunyikan”, Jonathan Black
banyak membahas tema-tema kematian yang dihubungkan dengan iniasisi atau proses
penerimaan anggota baru dalam kelompok-kelompok pemegang rahasia dunia. Bagi mereka,
kematian adalah sebuah pintu masuk untuk menerima kenyataan yang seharusnya. Dengan
memahami dan siap menerima kematian, mereka akan mengetahui lebih banyak tentang kehidupan.
Bagi mereka, kematian adalah proses penyucian roh manusia
yang fana untuk bisa kembali lagi ke dunia dalam bentuk jasmaniah berbeda dari
sebelumnya. Penyucian ini bertujuan untuk menghilangkan semua ingatan, semua
pengalaman, serta semua hubungan dengan dunia dan isinya sehingga ketika
terlahir kembali mereka akan belajar dari awal tentang dunia serta aturannya. Dari
sinilah, perilaku, sudut pandang, serta pemahaman baru akan terbentuk.
Zarathusta menyatakan, bahwa siapa yang takut akan
kematian, maka dia sudah mati. Sehingga dengan mempelajari dunia kematian,
Zarathusta dan pengikutnya mencoba memahami bahwa kematian itu bukan akhiran.
“Jika kau menentang kematianmu, kau akan merasa iblis
merobek kehidupanmu. Tetapi jika kau menyikapi kematian dengan benar. Kau akan
melihat bahwa iblis-iblis yang datang saat kematianmu sebenarnya adalah
malaikat-malaikat yang membebaskan rohmu”.
Komentar
Posting Komentar