Cerita Lima Jari Tangan Kita



Saya awalnya tidak percaya dengan cerita ini. Namun ketika menghubungkan, membandingkan, dan mempertimbangkan dengan kondisi sosial politik kekuasaan. Akhirnya benteng ketidakpercayaan saya runtuh dengan sendirinya.

 Saya membenarkan.

Berawal dari keisengan saya mengobrol dengan guru biologi SMP dulu. Semula hanya mau bertanya tentang kenapa tulang-tulang di tubuh kita seperti leher, jari-jari tangan, pinggang, pergelangan kaki, dan jari-jari kaki (silahkan jika ada yang mau menambahkan) selalu berbunyi ketika ditekuk?

Tak perlu lama. Usai menjawab dan menjelaskan, beliau kemudian bercerita tentang filosofi lima jari tangan milik manusia. Terutama dalam sudut pandang sosial politik kekuasaan.

Jejerkan dengan telungkup dan lihat kedua tangan anda. Kita mulai.

Jari jempol. Merupakan jari terpendek yang terletak di sebelah dalam dan ketika kedua tangan didekatkan, mereka yang paling terdekat. Ibarat politik kekuasaan, jempol melambangkan pemerintah, penguasa kebijakan, atau pemimpin wilayah.

Orang-orang ini dalam kehidupan nyata selalu menginginkan yang terbaik dari dan untuk orang lain. Cobalah dengan menghadapkan jari jempol ke atas. Tetapi mereka juga punya kekuasaan untuk membuat derita di kehidupan orang lain. Hadapkan jempol ke bawah.

Kedua jari telunjuk. Ah ini adalah jari favorit saya. Jari ini ibaratnya adalah seorang pengusaha/pedagang/konglomerat. Kekuasaan sepenuhnya berdasar kekayaan harta. Keinginan apapun dengan mudah didapatkan hanya dengan menunjuk saja.

Berbeda dengan jempol. Sama-sama memiliki kekuasaan, namun untuk menunjuk sesuatu mereka haruslah menghadap ke depan ke siapapun yang dipimpinnya.

Jari tengah, jari yang paling tinggi di antara jari lainnya. Dia adalah akademisi atau guru. Kehidupan di manapun mengajarkan guru adalah orang paling mulia yang harus ditinggikan. Karena ajarannya manusia keluar dari jurang kegelapan.

Di sosial politik kekuasaan, meskipun berada di posisi tertinggi. Guru tidak memiliki peran apapun, kecuali membagi pengetahuannya. Mereka berada di menara gading. Mengamati, mendalami, dan menyimpulkan kemudian menyampaikan.

Entah itu dipakai atau tidak oleh pemerintah maupun pengusaha yang penting sudah disampaikan.  

Jari manis. Kenapa manis? Bagi saya karena di sana tempat disematkan cincin pengikat janji perkawinan yang selalu beraroma manis. Melambangkan agawaman. Selalu bicara dan mengingatkan tentang berbagai hal-hal manis yang membuat kehidupan berjalan lancar. Melarang manusia melakukan berbagai dosa yang menjadikan sengsara.

Sama seperti guru atau akademis. Mereka tidak punya kuasa membendung hasrat berkuasa pemimpin maupun pengusaha. Mereka hanya sekedar mengingatkan dan memberi saran saja.

Terakhir, jari kelingking. Ah ini jari mungil yang lebih manis dibandingkan jari manis. Saya percaya, wanita cantik adalah dia yang memiliki jari kelingking lenting dan tanpa kuku panjang.

Kelingking perlambang wanita. Selalu tidak dianggap keberadaan dalam sosial politik kekuasaan, tapi pengaruhnya besar dan nyata. Penuh kasih sayang sepanjang tidak merusak kepercayaannya. Penuh amarah besar ketika terkhianati.

Wanita mahluk nyaris sempurna dan melemahkan yang mewakili Tuhan di dunia. Harta adalah kelemahan terbesarnya.

Jadi bagimana mereka terhubung.

Pertama-tama lupakan jari tengah dan jari manis. Mereka tidak memiliki pengaruh sama sekali dalam pengambilan keputusan dan kebijakan.

Anda ingat ping sut atau sut jleng. Pengundian sederhana antara dua orang di budaya Jawa. Hanya pakai tiga jari; jempol, telunjuk, dan kelingking.

Ketika diadu, jempol kalah dengan kelingking. Telunjuk kalah dengan jempol, dan kelingking tunduk dengan telunjuk. Benar kan seperti itu aturannya?

Pemerintah memiliki kekuasaan mengatur para pengusaha dalam meraih keuntungan. Apapun yang dikatakan pemerintah, pengusaha pasti menurut dan melaksanakannya. Jadi bagaimana pengusaha bisa mengalahkan penguasa guna memenuhi keinginannya.

Dipilihlah wanita. Kelemahan terbesar wanita tidak hanya cinta dan kasih sayang, tetapi juga harta. He he he, ini saya anggap selalu benar. Pengusaha punya segalanya, wanita terbaik dan secantik apapun bisa didapatkanya.

Para pemimpin, karena mereka sudah mendapatkan banyak hal, terutama harta. Kelemahan mereka adalah mudah jatuh cinta dengan wanita. Inilah yang dimanfaatkan pengusaha mendapatkan tanda jempol menghadap ke atas atau ke depan dari penguasa.


Wanita dikalahkan pengusaha dan digunakan mengalahkan penguasa. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

‘Dua Jaya’, Penambal Ban Paling Ampuh se-Kota Genteng

Bertobat Jangan Setengah-setengah

Sekilas Tentang Kematian Media Cetak