Hayu Puspadias Khairani, Permata Kebahagiaan Kedua Kami

 


Kami sedang dalam suka cita yang berlebihan. Kami mendapatkan rezeki yang tiada terkira. Permata kedua kami, setelah sepuluh tahun menunggu. Tuhan yang Maha Bijaksana memberi kami anugerah terbesar.

Hayu Puspadias Khairani. Nama itu kami berikan dengan berbagai banyak pertimbangan matang di usia saat di kandungan menginjak tujuh bulan. Khairani saya jadikan marga, kependekan dari Kukuh Setyono dan Widawati Rahayu Desi Susani.

Khairani yang memiliki arti Kehidupan juga tersemat di putri pertama kami, Nenas Arum Khairani.

Penetapan nama Hayu sempat menjadi perdebatan kecil di kamar tidur. Saya sempat bersikeras memakai nama Dayu nama di Bali yang memiliki arti anak perempuan tercantik. Namun Dadanya menginginkan Hayu saja. Lebih jamak dan mudah dipanggilnya.

Namun sebenarnya, dibalik ketersetujuan saya, nama Hayu lebih Jawa sekali. Sama-sama berarti putri tercantik.

Nama Puspadias inilah yang sebenarnya ingin saya ceritakan. Saya sempat mengusulkan kata Geni sebagai kata tengah. Namun semua itu berubah sepeninggalan bapak mertua di bulan keempat atau kelima usia kandungan.

Menurut istri saya, sebelum meninggal bapak menitipkan nama untuk cucunya yang kedelapan ini. Jika nantinya putri almarhum bapak menginginkan nama Puspa yang dipakai. Jika putra, maka Dimas haruslah disematkan.

Semua pilihan ini diserahkan sepenuhnya ke saya oleh Dadanya.

Tidak ingin mengecewakan dan menyalahi wasiat yang disampaikan. Saya menggabungkan kedua nama itu. Akhirnya Puspadias yang artinya Bunga Terhormat menjadi pilihan final.

Putri Bunga Terhormat Kehidupan, saya mengartikan nama Hayu Puspadias Khairani. Meski banyak orang mengatakan apalah artinya sebuah nama.

Tapi nama anak bagi saya besar artinya. Tak sekedar doa, namun juga harapan dan keinginan agar sang anak tetap pada kodratnya.

Sama seperti Nenas Arum Khairani, Buah Harum Kehidupan. Saya berharap kedua putri saya ketika tumbuh besar mampu mengharumkan dan memberikan kehormatan bagi nama sendiri maupun orang tuanya atau orang-orang yang dekat dengannya.

Menariknya, di komplek perumahan rentang waktu kelahiran Hayu dibarengi dengan empat anak perempuan yang lain. Jaraknya tidak terlalu jauh, dari Juni sampai Agustus.

Tapi, hanya Hayu yang banyak dikenal oleh warga perumahan. Sejak selapan atau di usianya ke-40 hari. Hayu sudah saya kenalkan pada warna-warna dunia pada pagi hari.

Di usianya ke dua bulan, Hayu sudah saya ajak berkeliling jalan-jalan perumahan untuk tahu lebih dekat lingkungannya dan orang-orangnya. Dampaknya, dia selalu tersenyum saat diajak oleh mereka yang ditemuinya di kedua kesempatan.

Hayu juga tidak takut ketika digendong orang lain. Mereka baginya adalah keluarga besar yang harus dijaga dan dihibur dengan tawa tanpa suaranya maupun pipisnya.

Jika anak seusianya lebih banyak di rumah. Hayu adalah balita yang terus ingin bermain keluar rumah. Melihat anak-anak tiga empat tahun di atasnya bermain, Hayu turut bergembira dan ikut tertawa ketika diajak omong.

Kata Nenas, sekarang kulit Hayu agak gelap dibanding saat sesaat sesudah kelahirannya. Saya katakan tidak apa-apa, itu pertanda Hayu sehat karena terkena terik sinar matahari.

Selama sehat dan aktif, bagi saya penampilan fisik ketika masih kecil ini tidak akan menjadi masalah. Sebab penampilan fisik yang menarik nantinya tidak akan berguna, jika otak atau pemikirannya tidak berjalan dengan logika dunia. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

‘Dua Jaya’, Penambal Ban Paling Ampuh se-Kota Genteng

Bertobat Jangan Setengah-setengah

Sekilas Tentang Kematian Media Cetak