Insomnia Adalah Tirakat....
Sudah hampir tiga minggu ini saya selalu tidur di atas
jam 01.00 dini hari. Dalam medis biasa disebut gangguan tidur atau insomnia.
Bahkan ketika
badan sudah letih, namun saya tidak bisa memejamkan mata sebelum bilah pendek
jam dinding menunjuk pukul 01.00 lebih. Parahnya, pada siang hari saya tidak
bisa tidur guna membalas dendam.
Saya tidak tahu apa yang terjadi. Kebiasaan saya tidur
lewat tengah malam adalah ketika saya memiliki bahan penulisan yang harus saya
tuangkan. Seberat-beratnya kantuk, saya masih bisa bertahan untuk menyelesaikan
tulisan.
Namun tiga minggu terakhir, saya nyaris kehilangan ide
untuk menemukan bahan tulisan. Alhasil dengan mata yang masih belum habis
watt-nya, saya hanya berguling-guling di kasur atau di lantai. Jikapun tidak,
maka notebook andalan saya menyalah untuk mengamati hal baru di dunia internet.
“Cobalah membaca buku, pasti sebelum selesai tiga halaman
kamu pasti dan mengantuk dan memutuskan cepat tidur,” saran seorang kawan usai
saya bercerita.
Yang tidak dia tahu, kebiasaan membaca saya jika sedang
gila-gilanya sangat besar. Saya mampu menghabiskan waktu dengan hanya membaca
saja.
‘Sejarah Tuhan’ –nya Karen Amstrong, ‘Mengislamkan Jawa’
W.C Ricklefs, ‘Kuasa Ramalan Pangeran Diponegara’ Peter Carey, dan ‘Harry
Potter and The Deathly Hollows’ saya bisa melumatnya dalam beberapa pekan.
Tapi tiga minggu terakhir, kegilaan saya akan membaca
masih menghilang dan belum kembali. Yang ada adalah terus melihat serial
‘Bleach’ di saluran Youtube.
Untuk ajang sana di tetangga perumahaan, saya juga hilang
semangat. Saya seperti kebinggungan menentukan apa yang ingin saya bicarakan
dengan tetangga perumahaan. Sebab masalahnya sama dan tidak pernah ada satu
kata sepakat menyelesaikannya.
Dua hari lalu saya bertemu senior, mantan wartawan media
nasional yang memutuskan menepi di pesisir selatan DI Yogyakarta. Tantangan
yang dihadapi dalam pilihan hidupnya menjadikan senior ini lebih menaruh pada
ilmu kebatinan dibandingkan dulunya.
Di hadapannya saya bercerita tentang kondisi tidak bisa
tidur itu dan dia menyambut baik.
Menurutnya kondisi saya yang tidak pernah tidur sebelum
lepas tengah malam adalah sesuatu yang baik bagi orang Jawa. Dalam
kepercayaannya, orang Jawa menganggap bahwa untuk menghindari hal-hal buruk
terjadi dalam kehidupan maka diajurkan untuk melakukan tirakat.
Tirakat, dalam pengertiannya adalah menyucikan diri,
mendekatkan diri ke alam, dan mendekatkan diri ke Sang Pencipta.
Bagi orang Jawa, bentuk tirakat itu bermacam-macam. Semedi,
berpuasa saat mutih sebelum dan sesudah hari lahir (Weton), tidak melakukan
hal-hal yang tercela dalam kehidupan sehari-hari, dan membiasakan tidur selepas
tengah malam adalah bentuk tirakat yang diakui orang Jawa.
Dia menjelaskan, tidur selepas tengah malam adalah
tindakan mendekatkan diri kembali ke alam dan Tuhan. Di tengah terjaganya mata
batin, dan pikiran. Manusia diminta untuk merenung tentang apa yang dilakukan
sehari sebelumnya dan apa yang tidak akan dilakukan pada hari berikutnya.
Saat semua manusia tidur, alam mulai bekerja. Di sanalah,
jika sudah terbiasa tidur selepas tengah malam, bisa membaca tanda-tanda yang
diperlihatkan alam untuk manusia pahami dan diartikan sendiri guna menghadapi
jalan kehidupan.
Di tengah keterjagaan itulah, manusia harus sadar diri
bahwa dia bukan siapa-siapa di mata serta tangan Tuhan. Manusia adalah
seseorang yang sepenuhnya harus menyerahkan nasibnya kepada Tuhan tanpa
meninggalkan kewajiban duniannya.
Lebih lanjut, Kakang satu ini, saya biasa memanggil menyarankan
saya melanjutkan tidak tidur selepas tengah malam selama 40 hari penuh. Baginya
usai melewati 40 hari, maka semua indra manusia akan berfungsi lebih baik
dibandingkan sebelumnya.
Sebagai salah satu pengagum kebudayaan Jawa, saya
mempercayainnya dan sanggup memenuhi sarannya.
Tapi terus terang, selama tiga minggu terakhir ini saya
malah tidak bisa bangun pagi dan menikmati alam perumahan saya yang masih
asri. Saya malah bangun lima menit sebelum Nenas berangkat sekolah.
Ah.....semoga saya tidak salah.
Komentar
Posting Komentar