Apa yang saya sukai di pantai selatan Bantul?

Saya menyukai kegelapan yang dimilikinya. Hanya dengan mata telanjang, saya bisa dengan tenang melihat berbagai rasi bintang yang berabad-abad menjadi mesin informasi nan akurat bagi nelayan dan petani.

Bahkan peradabab manusia lahir dari mempelajari berbagai bintang yang terpapar jelas di langit saat malam hari. Bintang seperti memberi petunjuk yang pasti apa yang harus dilakukan manusia dan tentang apa yang akan terjadi di beberapa masa ke depan.

Rasi Pari di selatan. Rasi Scorpio di timur. Kejora barat dan gubung penceng di utara. Mereka hanyalah bagian kecil dari Galaksi Bima Sakti.

Sama seperti kita, manusia dihadapan Sang Maha Tunggal.

Berbicara tentang langit, kita mau tidak mau harus berbicara tentang masa depan. Bukan masa depan setelah kematian. Tapi masa depan kehidupan manusia. Jika suatu saat bumi, sebagai satu-satunya planet yang berputar pada Matahari yang bisa dihuni, sudah tidak memungkinkan lagi ditempati. Maka manusia harus berimigrasi ke satelit-satelit, planet-planet, dan gugusan bintang baru yang miliaran jumlah dan tahunan jaraknya.

Namun, langkah jauh sudah dilakukan Amerika sejak 1976 lalu, tujuh tahun setelah Neil Amstrong bersama Apollo 11 menginjakan kaki di bulan, dan itu masih berlangsung sampai sekarang hingga beberapa tahun ke depan.

Voyager.

Jika kita berbicara tentang tehnologi buatan manusia yang bertahan begitu lama, maka Voyager adalah sebuah rujukan utama. Pesawat antariska nir awak yang diluncurkan untuk memotret planet-planet setelah bumi dengan kondisi sedekat mungkin untuk mendapatkan gambaran nyata kondisinya.

Memanfaatkan posisi sejajar dari keseluruhan planet yang bersumbu pada Matahari. Voyager dengan leluasa mampu menampilkan semua foto yang diambil secara otomatis dan mengirimkan lewat gelombang radio ke bumi.

Hasilnya begitu memukau, mempesona, dan mengagumkan!

Diluncurkan bersamaan, dua Voyager yang memiliki besaran hanya seukuran mobil van ini adalah gambaran nyata bagaimana penerapan tehnologi tinggi pada 1976. Saat itu saya masih menjadi sperma yang belum tahu kapan akan kawin dengan sel telur.

Masih dengan sistem perkomputeran yang lemah bila dibandingkan dengan jam tangan digital keluaran terakhir. Bahkan kamera analog yang disematkan, masih sangat jauh dengan hasil dari kamera yang mampu menghasilkan gambar berwarna saat itu. Namun Voyager telah 40 tahun lebih menjelajahi angkasa hingga sekarang.

Dengan upaya ilmu pengetahuan pasti berskala besar, misi Voyager yang menghabiskan perlajanan 10.000 jam per tahun adalah ‘salah satu penjelajah terbesar yang pernah dilakukan spesies kita’.

Lahir dari hitungan kertas Gary Flandro terkait upaya penjelajahan planet jauh setelah Mars. Voyager diluncurkan tepat bersamaan dengan posisi sejajar seluruh planet sehingga bisa memanfaatkan momentum orbitan planet untuk melesatkan diri ke planet yang satu ke planet lainnya. Momentum ini menjadikan Voyager mampu mengunjungi empat planet dalam kurun waktu 10-12 tahun, bukan puluhan tahun.

Mengandalkan dua sumber tenaga, matahari dan plutonium, Voyager telah menampilkan berbagai penampakan kasar tapi begitu indah dari Saturnus, Jupiter, Uranus, Neptunus dan sekarang sedang menuju Pluto.

Kematian Voyager ditandai dua hal yang pasti. Pertama, matinya generator yang digerakkan plotanium pada 2030 dan tidak lagi terkirimnya gelombang radio ke bumi. Namun itu sudah cukup banyak menghasilkan banyak ilmu pengetahuan. Voyager hal terhebat yang nantinya akan menjadi sampah melayang-layang di angkasa luar.

Namun Voyager bukan sampah sembarang. Dia adalah mesin waktu. Di dalamnya Voyager memuat video, gambar, dan musik yang kehidupan manusia di bumi pada masa itu. Entah jutaan atau miliaran tahun lagi, ketika manusia mampu menjelajahi dan hidup di ruang angkasa, Voyager akan membentangkan cerita tentang upaya mengarungi ruang angkasa yang dilakukan manusia.

Luar angkasa adalah masa depan kehidupan manusia. Dengan ilmu pengetahuan, manusia meraih masa depannya. Agama hanyalah sebagai garis api untuk membatasi norma.





Komentar

Postingan populer dari blog ini

‘Dua Jaya’, Penambal Ban Paling Ampuh se-Kota Genteng

Bertobat Jangan Setengah-setengah

Sekilas Tentang Kematian Media Cetak