Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2017

Belajar Kembali

Gambar
      Saya membaca ulang “Etika Media Massa dan Kecenderungan Untuk Melanggarnya” tulisan Wiliam L Rivers dan Cleve Mathews (Gramedia, 1994).  Satu bab sudah dilewati dan di bagian akhir saya disodori empat pertanyaan sebagai bahan latihan untuk mencerna apa yang sudah disajikan dalam bagian itu. Ini menarik.       Dulu pernah membaca sekilas, dan saya tidak peduli dengan daftar pertanyaan itu. Namun sekarang, apa salahnya jika dicoba, toh ketika salah tidak ada yang menyalahkan dan ketika benar maka siapa tahu kebenaran itu bisa menginspirasi orang lain.       Pertanyaan pertama yang diminta untuk dikerjakan ; “Pilihlah sebuah berita yang menarik dan menyangkut lingkungan sekitar anda ( proximity ) dari koran lokal, terutama menyangkut kekerasan sosial. Tuliskanlah karangan paling sedikit memuat dua ratus kata untuk menjelaskan mengapa anda memprotes cerita dalam koran itu,”.      Untuk mengerjakan pertanyaan ini...

Tutup Kuping,Obat Loro Jiwo

Jadi apa yang sekarang sedang saya lakukan. Saya sedang menyepi dan kembali ke awal. Saya sudah tidak peduli tentang apa yang dikatakan mereka. Tutup Kuping,Obat Loro Jiwo. Saya sudah terlalu banyak meminta, sekarang saya mencoba untuk memberi.  Jadi ini semua ini adalah karya saya yang ditayangkan dengan nama Saudara. Ngak usah dipedulikan, karena saya memiliki keluarga:  http://www.gatra.com/nusantara/jawa/238464-camat-pajangan-ditolak-karena-beda-agama-bupati-duga-oknum-dprd-bermain http://www.gatra.com/nusantara/jawa/238721menteri-bumn-resmikan-rumah-kreatif-di-bantul http://www.gatra.com/politik/politik/239726-peneliti-lipi-kebijakan-ahok-kok-dipertentangkan-dengan-isu-agama-dan-etnis http://www.gatra.com/life-health/sehat/239724-ribuan-obat-kuat-pria-illegal-disita-bp-pom-yogya http://www.gatra.com/nusantara/jawa/239718-aliansi-buruh-yogya-gugat-umk-2017 http://www.gatra.com/nusantara/nasional/240855-ilmuwan-besar-lipi-umar-anggara-jenie-tutup-usia http://www.g...

Menulis Itu Menjernihkan

Saya begitu percaya bahwa ketika menulis, maka akan banyak energi yang terserap. Jadi ketika kita memutuskan untuk menulis, maka lakukan saja dengan kondisi perut kenyang. Memang sangat mudah untuk bicara, atau menulis, terutama bila perut sedang kenyang. Namun sukar melakukan segala sesuatu yang perlu, bila kita tidak memiliki sumber daya. Akan tetapi lebih masuk akal berjuang sekeping demi masa depan, dibandingkan demi sekelumit masa lalu. Sekarang. Banyak sekali yang harus saya pelajari dan harus disesuaikan. Kehidupan adalah seni menarik kesimpulan yang memadai dari premis yang tidak memadai. Premis adalah titik permulaan. Asal usul. Asumsi yang biasanya dianggap benar. Kita hidup di dunia yang penuh kekejaman, kesedihan, dan kemarahan, bersama dengan janji yang gemilang, satu-satunya caru untuk menakat sepanjang hidup kita itu adalah dengan rasa humor dan selera surealisme. Kita perlu menyadari bahwa kita semua merupakan bagian dari suatu lelucon kosmis yang fantastis...

Para Sesepuh

Gambar
     Cerita hari ini bermula dari dua bungkus nasi Padang berlauk ayam pedas. Karena satu bungkus tidak ada yang memakannya, karena saya sudah kenyang, maka Sesepuh Dua mengusulkan memanggil Sesepuh Satu ke TKP Rajawali dan saya setuju. Saya hubungi dan dapat kabar positif. Tidak sampai setengah jam Sesepuh Satu sudah muncul dengan wajah cerianya. Ah menyenangkan.    Belum sampai lima menit setelah kami persilahkan duduk, Sesepuh Satu sudah mengeluarkan lelucon-lelucon yang begitu jenaka membuat kami tertawa terpingkal-pingkal dan terjungkal-jungkal. Santai tapi sangat santai suasana sore itu.     “Seorang anak bertanya pada ibunya, apa itu arti ML?” kata Sesepuh Satu memulai guyonannya.    Mendapat pertanyaan ini sang Ibu kaget, namun dia sadar bahwa di jaman sekarang ini meskipun baru empat tahun menginjak sekolah dasar namun pengetahuan tentang sesuatu yang berhubungan dengan alat kelamin mudah didapatkan dimana saja....

Memilih dosa

“Jadi aku pemabuk, apakah kau masih mau menjadi kekasih dan pendamping hidupku?” tanyaku padanya saat awal-awal pendekatan. Dia hanya diam. Lebih lama dari biasanya. Aku hanya mau jujur dan kukira ini adalah cobaan terberat baginya. Ini adalah suatu keputusan terbesar dalam hidupnya. Tanpa memandangku, dia lantas berujar, “Aku akan memberi jawaban satu minggu lagi. Sekarang pulanglah, karena aku akan mulai mempertimbangkan,”. Pleng. Rasanya seperti kena pukulan dari puluhan tangan, namun tak berbekas hanya meninggalkan rasa sakit yang tidak hilang ketika perjalanan pulang maupun bangun tidur. Seminggu. Akhirnya semua tiba. “Aku tidak mau tahu alasannmu kenapa memilih mabuk sebagai bagian dari hidupmu. Tapi aku menerimannya. Namun aku meminta sebagai syarat, jika engkau akan berangkat mabuk dengan teman-temanmu, maka semua isi dompetmu harus aku lihat terlebih dahulu atau engkau tidak akan mendapatkan cintaku selamannya,” katanya tegas. Pleng lagi. Ini lebih berat dari semi...

Durian

Gambar
         Saya pernah membaca sebuah kalimat pendek yang mengena. “Jika engkau belum mendapatkan ide tentang apa yang akan engkau tulis. Maka tuliskan sebuah ide yang pernah dituliskan orang lain. Itu akan lebih baik, karena engkau ikut menyebarkan apa yang pernah menjadi ide orang lain tanpa merusak reputasi namamu karena plagiat”.      Enam bulan yang lalu saya menemukan buku kecil berjudul “Borneo, Celebes, Aru; Menjelajah Kalimantan, Sulawesi, dan Kepulauan Aru, Karya Alfred Russel Wallace”*. Ahli flora dan fauna yang seangkatan dengan Bapak Teori Evolusi, Charles Darwin.           Dalam buku yang dicetak pertama kali pada 1869, Alfred menceritakan pengalamannya saat menjelajah pedalaman Kalimantan, Sulawesi, dan Kepulauan Aru untuk mendapatkan binatang edemik guna dipamerkan di negara asalnya, Inggris.           Saya tidak akan mencerit...

Mengenang Tulisan Tangan

             Saya masih ingat pertama kali ketika harus menulis kata-kata “Ini Budi”, kemudian disusul ini “Ini Ibu Budi”, “Ini Bapak Budi”, dan dilanjutkan kakak serta adik Budi. Hanya berisikan tiga kata saja, namun setiap huruf yang tergores di kertas bergaris itu seperti sebuah siksaan yang begitu berat bagi anak yang baru memasuki sekolah dasar. Sebuah tulisan tangan tegak.             Rasanya baru kemarin, saya merasa belajar untuk menuliskan berbagai huruf untuk bisa dibaca dengan tangan. Saya tidak ingat lagi berapa tahun berlalu saya tidak lagi menggunakan tangan saya ini untuk melakukan tulisan. Terutama untuk tulisan yang panjang-panjang seperti mengarang. Kebanyakan hanya tulisan kecil yang maksimal lima karakter kata sebagai kata kunci kalimat yang akan dirangkai di layar komputer.             Saya pernah mencobanya. Namun men...