Postingan

Menampilkan postingan dari 2020

Bendera di Halaman Rumah Saya

Gambar
Bernyanyilah : “Lusuhnya kain bendera di halaman rumah kita, bukan satu alasan untuk kita tinggalkan”. (Sumbang; Iwan Fals). Dinding FB saya penuh dengan komentar pedas perihal menyamakan warga yang tidak memasang bendera Merah Putih di bukan kemerdekaan negeri ini, Agustus, dengan PKI. Padahal saya tahu bahwa PKI, sebelum dibubarkan adalah kumpulan orang-orang nasionalis tulen yang peduli pada negeri ini. Orang-orang PKI dikenal sebagai individu yang terus berdiri di kaki sendiri tanpa tergantung orang lain. Mereka bekerja, berbuat dan berbhakti demi kemajuan masyarakat. Mereka mengakui agama, mereka mengakui negara, mereka mengakui bendera, dan lebih penting mereka mengakui kemanusian. Karena politik dunia, sosialisme-komunisme dilarang di negeri ini.   Saya menyamakan orang yang tidak memasang atau menempatkan bendera pada tempat selayaknya dengan konotasi PKI karena memang selama ini masyarakat kita memandang orang-orang antinasionalis dengan sebutan PKI. Bahkan yang t...

Sampahmu Terus Saja Menggangguku

Gambar
Ketika mengontrak, saya tidak memiliki pilihan dalam membuang sampah rumah tangga, kecuali ke sungai kecil di barat rumah. Karena menyadari bahaya sampah, khususnya berbahan plastic pada lingkungan. Saya memilih membuang hanya sampah organic yang bisa diolah alam dibuang ke sungai atau perkarangan yang dimanfaatkan warga sebagai tempat membakar sampah. Sampah produk plastic, saya pisahkan dalam kantong plastik hitam besar. Tiga bulan sekali, pagi berangkat kerja, kantong hitam itu saya ikat di belakang motor. Saya mencari tempat pembuangan sementara (TPS) di Kota Yogyakarta dan tidak lupa meninggalkan uang untuk kas untuk sampah yang saya titipkan. Alhasil selama tiga tahun mengontrak, solusi mengenai membuang sampah itu saya tempuh. Sebab di Bantul, tempat saya berdomisili masalah sampah seperti tidak ada pernah ada solusinya. Bantul mencontoh Pemda DIY. Terakhir saya mendengar, sudah ada perubahan di lingkungan mengontrak saya dulu. Warga sepakat membayar armada swasta untuk mengolah...

Tidur Adalah Meditasi Terbaik

Gambar
Di Kompas Minggu (14/6), Bre Redana menyatakan meditasi terbaik adalah tidur pulas. Tidur mendinginkan suhu tubuh, mengistirahatkan kinerja tubuh dan menidurkan otak. Tubuh dan otak adalah mesin utama kegiatan manusia. Tanpa keduanya, manusia hanyalah sebuah pohon yang tidak bisa berbuat, berkata, dan bergerak. Namun tubuh dan otak perlu diatur ritem kerjanya. Disiplin adalah kuncinya. Dari seluruh kalori yang dihasilkan tubuh kita, sebanyak 20 persennya diserap oleh otak untuk bisa bekerjanya. Sisanya berguna dalam k egiatan fisik. Semakin besar kinerja otak dan tubuh dalam bekerja. Semakin besar kalori yang diserap. Kinerja otak dan tubuh, keduanya memiliki keterkaitan erat. Dua-duanya harus didukung dengan terus berdisiplin. Membaca dan menulis akan mencapai kinerja optimal jika didukung penuh badan yang sehat. Olah badan dibutuhkan untuk menjaga kinerja otak yang begitu kompleks. Tatkala otak beku, badanlah yang menggerakkannya. Begitu sebaliknya, ketika badan malas bergerak, otak ...

Tentang Rasa Takut Dan Kegilaan

Gambar
Tiga hari  lalu, di status FB, saya menuliskan bahwa kegilaan yang saya lakukan adalah proses atau tindakan menyelamatkan kehidupan. Kegilaan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari proses adaptasi dan bertahan hidup dalam persaingan.   Saya tidak malu menyatakan kegilaan saya, karena itu apa adanya. Saya melakukannya untuk melawan rasa takut. Ketakutan yang sama anda dan saya rasakan. Entah ketakutan akan apa saja.  Saya paham akan ada resiko besar atas pernyataan saya.  Tak ada nasib yang lebih sial bagi seorang selain dinyatakan gila. Seorang yang dinyatakan gila akan dikucilkan masyarakat, dianggap berbahaya. Jika ia punya anak, maka tak ada orang yang mau menikah dengan anaknya, karena bapaknya gila. Mencari nafkah pun menjadi sulit karena pasti akan ditolak di mana-mana. Dalam dunia kegilaan saya, dunia ini penuh dengan tawa. Tertawa adalah bagian dari cara orang melihat kebenaran, melihat dunia. Tertawa adalah cara orang melihat kebenaran supaya tidak ...

Dari Kelapa Bukan Kelapa, Ke Sepakbola

Gambar
Buku ‘Euforia Sepak Bola Bali’ karya dulur Kambali Zutas, saya terima Sabtu (11/4) siang. Buku bersampul hitam ini adalah karya kedua Ali yang hampir dua puluh tahun berkecimpung dalam dunia olah raga Bali. Melalui 37 karya tulisnya, buku ini seperti menjadi penasbihannya Ali akan capaian tertinggi dalam berbagai proses peliputan keolahragaan di Pulau Dewata. Buku seperti menjadi gambaran perasaan Ali, dan masyarakat Bali pada umumnya, akan penghapus dahaga prestasi dalam sepak bola tenggelam sejak 2006 lalu. Bergelut sejak 2006, Ali hanya sempat dua tahun saja merasakan bagaimana pendalaman berbagai materi sebuah klub yang berlaga di Liga tertinggi Indonesia. Hingga kehadiran Bali United yang mampu meraih juara pada 2019 kemarin seperti menyihirnya untuk melahirkan berbagai tulisan dengan cerita di balik cerita.  Saya ingat ketika pertama kali berkecimpung dalam dunia wartawan, Ali sempat menjadi bahan guyonan di ruang redaksi NusaBali. Tempat kita menjadi kawan dan saudara. ...