Postingan

Menampilkan postingan dari 2017

Yesaya : Soal Politik, Anda Harus Belajar Lagi

Atas ajakan seorang kawan kami bertemu di sebuah restoran hotel kecil pinggiran Kota Jogja sore tadi. Saya perkenalkan nama, selazimnya ketika bertemu dengan orang baru. “Saya Yesaya, salam kenal,” kataya singkat. Saya sempat terkejut mendengar nama yang berbau kawasan Timur Tengah. Namun dengan sigap, dia menjelaskan bahwa Yesaya adalah seorang nabi setelah Nabi Musa yang diutus untuk menyatukan semua semua umat Yahudi bersatu kembali dan membangun kembali tanah yang terlah dijanjikan. Awalnya pembicaraan terjadi secara formal saja. Dia bercerita menghabiskan waktu liburan di Jogja karena ingin saja. Sempat mengeluhkan kemacetan, namun baginya yang sudah entah berapa kali ke sini masih banyak tempat-tempat yang belum dijelajahi. Kopi yang kita pesan akhirnya datang juga. “Selain liburan saya juga punya proyek misi khusus di sini. Anda tertarik?” tanyanya usai menghisap kopi tanpa gulanya. “Ehm, proyek apa jika boleh tahu?” kataku. Sebatang rokok warna hita...

Balasan Untuk Senopati_Wirang

Kepada Yth Senopati_Wirang Dimanapun Berada Salam hormat dan kenal. Pertama-tama saya menghaturkan banyak terima kasih dan rasa hormat atas surat yang panjenengan kirimkan lewat email saya. Kang Wirang, mungkin panggilan ini saya rasa akan mendekatkan kita dalam diskusi selanjutnya, jika anda berkenan. Dan saya mohon anda berkenan saya panggil Kang Wirang. Sebetulnya saya mencoba untuk menahan tawa tentang apa yang panjenengan ceritakan di awal surat kemarin. Teman anda menyarankan mengirimkan surat yang berisikan pemikiran pribadi ke saya karena menurut mereka saya adalah penulis yang berani menyampaikan hal-hal yang tidak banyak orang berani. Saya sedikit bungah atas sanjungan itu. Tapi saya adalah penulis biasa yang harus butuh banyak belajar. Bahkan tulisan panjenengan lebih berisi dibanding saya. Sudilah saya jika diperkenankan untuk belajar ke panjenengan. Kang Wirang. Saya sebenarnya tidak terlalu peduli dengan siapa dan bagiamanakan panjenengan. Namun...

Untuk Kawan, Yang Tempuh Bantul-Siluk Dalam 8 Jam

Gambar
Apa kabar kawan. Terus teras surat balasan untuk Senopati_Wirang@gmail.com masih dalam proses penulisan. Sampai sekarang tertunda karena ada bencana alam menimpa DI Yogyakarta dan saya harus turun ke lapangan untuk mencari nafkah. Bukannya menganggap bencana adalah berkah bagi saya. Namun berita adalah mata pencaharian saya untuk menghidupi keluarga tercinta. Siklon tropis Cempaka melanda DI Yogyakarta sejak Senin (27/11) sampai Rabu (29/11) dini hari tanpa henti. Hampir 36 jam hujan deras menguyur semua wilayah DI Yogyakarta, tanpa terkecuali. Badan Penanganan Bencana Daerah (BPBD) DI Yogyakarta mencatat terjadi pohon tumbang akibat angin kencang di 149 titik, longsor di 151 titik, dan banjir di 135 titik. Daerah terdampak parah adalah Bantul yang sudah menetapkan status tanggap darurat dari 29 November sampai 12 Desember. Selain memutuskan tujuh jembatan di Bantul dan satu di Gunungkidul, dampak badai cempaka menelan delapan korban jiwa dimana dua korban adalah anak-ana...

Surat Dari Senopati_Wirang

Gambar
Kepada Yth Kukuh Setyono Salam Kenal&Salam Hormat, Mas Kukuh terhormat, perkenalkan saya senopati-wirang@gmail.com . Mungkin saya tidak usah menjelaskan dimana alamat dan siapa saya sebenarnya. Anda tidak mencari saya di berbagai lini media sosial karena saya tidak mau menggunakannya. Yang penting, saaat ini saya hanya ingin berkenalan dengan anda. Maaf  jika cara berkenalan saya lewat surat. Tapi alamat email di atas saya kira adalah sarana utama kita ke depan berhubungan. Saya memberanikan diri mengirimkan sebuah email kepada anda atas saran beberapa teman. Kata mereka anda merupakan salah satu penulis yang berani menyuarakan berbagai masalah sosial yang tidak berani dituliskan oleh banyak orang. Usai membaca artikel anda ‘Tanpa Hiburan Malam, Parangtritis Berakhir’. Saya bertambah yakin andalah orang yang tepat untuk menyebarkan pemikiran yang sudah lama saya pendam. Dalam tulisan ini, surat pertama ini, saya tidak ingin mengajak berdebat. Saya ingin sekedar b...

Setelah Delapan Tahun Itu

Gambar
Pertama kali mendengar kata Mbantul adalah dari almarhum salah satu guru saya di NusaBali. “ Jadi kamu dari Banyuwangi. Aku wong Mbantul, ” katanya kala itu. Saya agak mengeryitkan alis karena memang tidak tahu di mana Mbantul itu tepatnya. Saya memberanikan diri bertanya dengan ragu-ragu dan saya memastikan sebelum beliau menjawab pasti akan dimulai dengan tawa keras mengejek ketidaktahuanku. Saya siap untuk itu. Dan saya takutkan benar terjadi. Beliau tertawa keras sambil mengatakan kemana saja mainku selama hidup 25 tahun lebih. Saya hanya terdiam, karena memang tidak tahu. “Kamu pernah ke Jogja,” tanyanya. “Pernah, dua kali. Sekali hanya semalam saja besoknya harus ikut kereta ke timur agar tidak bayar. Dan kedua kalinya ikut rombongan kantor saat nikahan seorang teman. Itupun hanya tahu Malioboro dan alun-alun,” kataku jujur. Beliau masih tertawa, melihat ketololanku dan berjalan mencari kertas. Saat kembali, beliau meminjam pulpenku dan mulai mengamb...