Mengapa Membenci Komunis/Sosialis?
Di akhir September dan awal Oktober setiap tahun,
bangsa ini selalu sibuk dengan isu serta pemikiran kiri yang selalu menakutkan.
Menakutkan bagi mereka merupakan produk cuci otak orde baru yang selalu
memberikan bahwa kiri adalah perusak negeri. Bahkan, komunis dianggap tidak
memiliki Tuhan dan itu menjadikan ideologi dari Jerman ini memiliki musuh utama
agam yang dianut sebagian besar bangsa ini.
Komunis
adalah paham yang dianggap sebagai sebuah penyimpangan di negara yang begitu
beragam ini. Bahkan sampai sekarang, paham yang memakai lambang palu arit ini
masih menjadi musuh utama. Musuh yang selalu ditakutkan akan bangkit oleh
ideologi kapitalis yang menjajah negeri ini.
Saya
bukan pendukung komunis maupun ingin menjadikan negeri ini Sosialis seperti
yang sekarang ini terjadi di China, Vietnam, Kuba, maupun Korea Utara. Komunis.
Ketakutan akan komunis menjadikan ideologi besar dalam ilmu sosial ini banyak
tidak dipelajari karena dengan membelajari ideologi ini maka seseorang tidak
memiliki Tuhan maupun agama.
Pada
level teori, sosialisme ini indah dalam beberapa bagian ideologinya. Namun
dalam kenyataannya, teori jauh dari praktinya. Pada dasarnya, ideologi
komunis/sosialisme adalah paham yang mendasarkan gerakannya pada kesamaan,
pemerataan, dan keseragaman penghuninya berdasarkan keputusan pemimpin negara.
Disinilah
permasalahan yang bagi saya masih menarik untuk terus dibahas. Dalam segala
keseragaman dan kesamaan, seharusnya pemimpin dan tokoh-tokoh agama di negeri
ini mempraktekan serta menerapkan komunis/sosialisme bagi masyarakat. Karena
sosialismen tidak perlu repot-repot, capek-capek mendidik rakyatnya untuk lebih
kreativitas, pertentangan, dan kecerdasan. Karena mereka dalam satu visi dan
satu misi. Sama seperti negeri ini, ketika aparat membrendel dan melarang
sebuah buku, maka mereka sama seperti komunis. Tidak ingin rakyatnya beragam
dalam pemikiran.
Dalam
komunis, kemerdekaan dalam hak, melakukan sesuatu hal sesuai keinginan adalah
dosa terbesar yang harus diberantas sampai ke akar-akarnya. Bahkan jika perlu,
tidak perlu kemerdekaan. Karena semua orang dalam komunisme sama rata, sama
rasa. Asalkan kebutuhan hidup akan makan dan minum tercukupi, maka rakyat dalam
idelogi komunis tidak perlu lagi dididik lebih tinggi untuk pintar.
Bayangkan,
jika di negeri ini komunis hidup dan memenangkan pemilu. Maka setiap orang
tidak akan memiliki hak, tidak akan pernah bersuara kritis kepada pemerintah,
tidak akan meneriakkan protes terhadap kebijakan yang diambil. Dan tentu saja,
kondisi akan membuat masyarakat tidak akan berkembang dan itu akan membuat
pekerjaan pemerintah akan lebih mudah.
Jadi,
pertanyaan saya jika kondisi masyarakat bisa dikendalikan, dikondisikan,
diarahkan, tanpa protes, tanpa suara sumbang. Maka kenapa komunis harus
dilarang. Jika memang tidak mengakui Tuhan, komunis akan tetap bisa bekerja
sama dengan agama. Namun dalam tahap sekulerisme, agama harus dipisahkan dari
kehidupan sehari-hari dalam meraih kebahagiaan untuk hidup.
Hidup
dalam masa demokrasi, pemerintah akan susah mengendalikan masyarakat karena
masyarakat selalu memiliki rasa lapar sebab apa yang didapatkan oleh mereka
berbeda dengan banyak orang lainnya. Negara harus menyediakan banyak sarana
untuk membuat warganya menjadi pintar, menjadi kreatifitas.
Sekarang
pilihan ada di tangan pemimpin dan rakyat. Apakah memilih komunis atau
kapatalisme?
Komentar
Posting Komentar