Filosofi Ritual Kebahagiaan
Filosofi Ritual Kebahagiaan
Dalam sebuah obrolan santai malam Jum’at, dengan
tidak sengaja saya dan seorang rekan yang lebih senior membahas tentang kepercayaan
dalam Jawa dalam mendapatkan kebahagiaan dunia dengan cara yang mudah dan
cepat. Tentu saja, kami juga membahas tentang bagaimana prosedur yang harus
dilakukan untuk melaksanakan ritual tersebut.
Kami percaya, bahwa kepercayaan mendapatkan
kebahagiaan dunia secara cepat itu sebenarnya memiliki banyak filosofi
kehidupan yang selayaknya dilakukan setiap manusia. Kami membahas kepercayaan
ini terlepas dari agama, kami hanya memandang secara filosofi. Karena kami
percaya, bahwa ritual, ungkapan, maupun tindak tanduk dalam melakukan sebuah kegiatan
dalam Jawa semuanya memuat filosofi yang sarat akan kebaikan bagi manusia.
Sebagai contoh, dalam ilmu agar lebih mudah
mendapatkan seseorang untuk menjadi kekasih hati ada ilmu “Semar Mesem” yang
dipercaya bahwa hanya dengan tersenyum saja, seseorang akan mendapatkan
perhatian dan kasih sayang dari orang yang ditarget. Namun, jika dilihat dari
sisi filosofinya, “Semar Mesem” sendiri menyimpan ajaran pada setiap manusia,
bahwa dalam menghadapi segala cerita kehidupan baik dikala bahagian maupun
sedih sewajibnya setiap orang selalu tersenyum. Karena dengan senyumnya, semua
rasa bahagia maupun duka akan tertutupi serta menghadirkan kebahagiaan untuk
orang lain. Dengan senyum, setiap manusia diajarkan untuk pasrah akan takdir
dan keputusan yang sudah ditetapkan oleh Sang Maha Pecipta. Menghadapi segala
sesuatu yang menyangkut riak kehidupan haruslah dihadapi dengan senyuman.
Kemudian ada cara mudah mendapatkan kekayaan
dengan mencari dan menyimpan “Pring Pethuk” atau bambu yang bertemu ruas
sebagai jimat penglaris dalam melakukan setiap usaha. Jika umumnya bambu
memiliki ruas yang menghadap ke atas, maka “Pring Pethuk” ini memiliki ruas
yang menghadap ke bawah. Dalam obrolan itu, kami menyimpulkan filosofi yang
dikandung dalam ungkapan itu adalah sejatinya jika setiap orang ingin sukses
dalam meraih keinginan dunia, maka dia haruslah mampu membuat perubahan yang
berbeda atau lian dibandingkan dengan orang lain. Sekarang ini banyak orang
yang meraih kesuksesan dengan keluar dari jalur atau kebiasaan yang dilakukan
orang lain. Maka filosofi “Pring Pethuk” adalah gambaran yang tepat untuk
menjelaskan fenomena ini.
Terakhir kami membahas tentang ritual mendapatkan
kekayaan dengan cara “Kandhang Bubrah” atau selalu membongkar dan membangun
ulang salah satu bagian rumah dalam kurun waktu tertentu semisal setahun
sekali. Ritual mendapatkan kekayaan ini dalam dunia nyata lebih mudah diamati
dan banyak dilakukan karena syaratnya yang cukup sederhana. Jika tahun
sebelumnya sebuah pintu ditutup total, maka dua tahun lagi dibangun lagi maka
pemilik rumah memiliki kepercayaan pada “Kandhang Bubrah”. Filosofi yang
dikandung, dalam menjalankan setiap usaha, maka seseorang dituntut untuk terus
mengasah kreatifitas dan sesuatu yang membikin orang tertarik pada apa yang
diperdagangkan. Dengan menghadirkan inovasi pada produk, cara-cara berpromosi,
dan lainya, maka usaha yang dijalankan akan tetap langgeng dan sukses.
Saat hampir tengah malam, kami juga menyinggung
sedikit tentang mencari kebahagiaan dunia dengan cara mengandalkan mahluk
supranatural yang sering kali diceritakan banyak orang semisal Tuyul, Nyi
Blorong, Ratu Kidul, maupun lainnya. Tapi otak kami menutup, karena kami
menganggap hal itu diluar logika dan tidak memiliki makna filosofis sama
sekali. Jika ada yang bisa membantu menerjemahkan arti filosofinya, pribadi
saya akan senang.
Komentar
Posting Komentar