Perangkat Kekuasaan

Ketika manusia terus menerus berubah, maka kebutuhan akan kekuasaan akan tetap konstan sepanjang masa. Dengan adanya hasrat akan keinginan dan kebutuhan, setiap manusia memiliki potensi untuk berkuasa. Kebanyakan kekuasaan sosial didapatkan dan dijalankan dengan memberi atau menahan barang serta pengalaman yang diinginkan maupun diperlukan.
Banyaknya variasi akan kebutuhan dan keinginan, maka cara-cara untuk mendapatkan dan menginginkannya juga bervariasi. Untuk memenuhi ‘variasi’ tersebut, dibutuhkan banyak ‘perangkat’ maupun ‘tuas’ mencapai kekuasaan. Tapi yang paling utama ada tiga tuas yang sering kali digunakan untuk meraih kekuasaan yaitu kekerasan, kekayaan, dan pengetahuan. Semua sumber kekuasaan diambil dari tiga perangkat ini.
Pertama, kekerasan bertujuan menghukum dan paling sering digunakan untuk meraih kekuasaan karena memiliki fungsi yang serba guna. Ketika perang dunia berakhir, dua negara adidaya berebut kekuasaan dengan melibatkan kekerasan. Mereka tidak hanya mengunakan sekutunya untuk mengawasi negara-negara yang diincar, namun kerjasama dengan negara berkembang juga menjadi prioritas utama.
Negara berkembang, selain membutuhkan perlindungan, kebutuhan akan eksplotasi sumber daya alam dan sumber daya manusia di kawasan lainnya untuk mendukung keberadaan mereka juga sama besarnya dengan negara adidaya.
Sekarang, sifat kekerasan mengalami perubahaan mendalam yaitu semakin tergantung dengan barang-barang bertekhnologi tinggi yang padat pengetahuan. Kita mengenal adanya negara yang begitu dominan menguasai pengetahuan tentang mikroelektronik, serat optik, kecerdasan buatan, satelit komunikasi, simulasi maju serta perangkat lunak yang sewaktu-waktu bisa dipergunakan untuk memberikan intimidasi pada negara lain.
Kaki kedua kekuasaan adalah kekayaan. Kekayaan dipergunakan untuk memberi imbalan kepada kawasan yang memberi dukungan penuh atau sebagai alat menghukum bagi yang bertentangan. Kekayaan adalah perangkat meraih kekuasaan yang sangat fleksibel karena mampu dipergunakan sebagai menjadi sumber daya yang sangat tidak terbatas.
Sebagai contoh, dengan kekayaan yang sangat tidak terbatas, berbagai perusahaan maju mencoba mengintergrasikan produksi dan distribusi melewati batas-batas negara, mengakusisi perusahaan asing, dan menarik paksa kekuatan otak dari seluruh dunia. Dengan kondisi seperti ini, maka kebutuhan akan modal atau kapital bersifat segera.
Kondisi ketimpangan ekonomi merupakan dukungan bagi negara-negara kaya untuk mengunakan tuas kekayaan meraih kekuasaan dengan mudah. Kekayaan bersifat super-simbolik dan di masa kini kekayaan juga mengalami proses pergeseran dan tranformasi bentuk.
Perangkat terakhir meraih kekuasan adalah pengetahuan. Berbeda dengan dua perangkat sebelumnya. Pengetahuan adalah sumber meraih kekuasaan yang paling serba guna dan mendasar. Dengan pengetahuan, manusia mampu menghadapi berbagai rintangan dan tantangan untuk meraih kekuasaan. Bahkan pengetahuan merupakan alat yang sangat efektif untuk meraih kekuasan dibandingkan dengan kekerasan dan kekayaan.
Bersamaan dengan lahirnya mesin cetak pertama, pengetahuan menyebar dengan begitu cepat ke seluruh penjuru dunia. Di masa kini, dengan adanya ketergantungan pada tekhnologi tinggi, pengetahuan mulai melakukan reorganisasi ulang dan mengakibatkan pengetahuan akan ketrampilan sehari-hari bertambah abstrak. Disiplin dasar ilmu pengetahuan konvesional akan runtuh.
Dengan komputer dan tekhnologi tinggi lainnya, data atau informasi didapatkan sangat mudah untuk kemudian dilakukan pemotongan untuk dikelompokkan sesuai kebutuhan. Ini dilakukan untuk memudahkan pengambil kebijakan memandang sebuah permasalahan dengan banyak sudut pandang baru sehingga mampu menghasilkan keputusan yang menguntungkan.
Meraih kekuasaan dengan pengetahuan tidak lagi berkutik pada permasalahan konvesional seperti ilmu pengetahuan, tekhnologi dasar, maupun pendidikan. Perangkat ini sudah mampu melintasi konsepsi-konsepsi strategi kebangsaan, peningkatan kemampuan intelijen, mempengaruhi sebuah bahasa, dan tentunya pengetahuan umum mengenai kebudayaan lain.
Tidak hanya itu, pengetahuan menunjukkan taringnya dengan menata ulang dampak kultural dan ideologinya kepada dunia, keragaman sistem komunikasi serta gagasan-gagasan baru, informasi, maupun gambar-gambar yang mengalir melaluinya.
Jika perhatikan secara seksama, pengetahuan secara menyakinkan berhasil menambah atau menguras kekuasan sebuah negara dan tentu saja menentukan berapa besar kadar kualitas kekuasaan yang dipertontonkan untuk mengatasi konflik atau krisis tertentu di wilayah yang tertentu pula.
Pengetahuan pada dasarnya disebarkan dengan tujuan untuk bisa dipergunakan membujuk negara/orang lain untuk menjalankan cara-cara yang dikehendaki dan sesuai dengan kebutuhan serta kepentingan pemberi pengetahuan.

*Sepenuhnya disaring dari Pergeseran Kekuasan Bagian Kedua, Alvin Toffler*.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

‘Dua Jaya’, Penambal Ban Paling Ampuh se-Kota Genteng

Bertobat Jangan Setengah-setengah

Sekilas Tentang Kematian Media Cetak