Postingan

Menampilkan postingan dari 2025

Catatan Ke-140525 ; Urbanisasi Menyelamatkan Bumi

Gambar
Pertanian di pedesaan semakin ditinggalkan pemuda demi pekerjaan dan pendapatan instan di perkotaan. Desa-desa kosong dan hanya tinggal petani tua. Dunia perdagangan lebih menarik bagi banyak orang ke perkotaan dan memperbesar kawasan kumuh. Dalam berbagai sudut pandang, kekumuhan memperburuk wilayah. Pabrik-pabrik revolusi industri juga sumber kesempatan bagi orang-orang muda yang menghadapi kotor dan padatnya gubuk di desa dengan tanah terlalu sempit. Kota boleh jadi tampak kotor dan tak menyenangkan bagi orang kaya, tapi kelas pekerja memandangnya sebagai tempat kebebasan dan kesempatan berusaha. Karena kota, meski berbahaya dan kotor, mewakili kesempatan, peluang melepaskan diri dari desa tempat lahirnya, di mana yang ada hanya kerja keras tanpa upah, tekanan keluarga, dan banting tulang di tengah panas Matahari atau hujan lebat. Untuk orang muda di desa, panggilan kota-kota bukan hanya soal uang, melainkan juga soal kebebasan. Para petani meninggalkan desa untuk pindah ke kota dan...

Laki-laki Penulis Cerita

Gambar
Dia sekedar saja mengirimkan pesan meminta bertemu denganku di tempat itu. Aku menyanggupinya karena memang tidak ada kerjaan yang menunggu. Tanpa banyak bicara, dia langsung bercerita. Dia memintaku untuk menuliskannya. Ia mengaku, dia sangat baik dalam bercerita, namun tidak hebat dalam menulis. Sedangkan aku di matanya, adalah penulis yang hebat dan itu menjadi pertanda bahwa aku adalah seorang pencerita yang hebat. Awalnya dia tidak menyukai hujan dan kegelapan. Buku-buku cerita dan novel kesayangannya hancur lebur diterjang banjir yang memporak-porandakan rumahnya saat dia masih di sekolah menengah pertama. Baginya buku-buku itulah yang memberi gambaran dunia yang lebih luas dibanding daya jangkau matanya. Dia juga tidak menyukai kegelapan saat tidur. Dia bakal tidak terlelap ketika semuanya gelap gulita. Harus ada pelita kecil yang menemaninya tidur. Itu lebih baik dibandingkan dengan tidur bersama bayi-bayi tikus yang diungsikan induknya dibawah bantalnya saat banjir itu pula. S...

‘Dua Jaya’, Penambal Ban Paling Ampuh se-Kota Genteng

Gambar
                                                            Subandi, pendiri bengkel tambal ban 'Dua Jaya' Berkunjunglah ke Genteng, Banyuwangi. Carilah Hotel Ramayana. Menempel dinding sebelah barat, di sanalah bengkel tambal ban itu berada. Sudah hampir 30 tahun lebih lamanya bengkel itu di sana. Melayani pelanggan dengan setia. Mungkin sampai sekarang tidak banyak yang tahu nama usaha bengkel tambal ban itu. Mereka hanya kenal, pemilik bengkel itu bernama ‘Subandi’ atau biasa dipanggil Bandi. Sesuai namanya, beliau adalah penambal ban yang sampai sekarang masih dikenal di kota kecil nan penuh mobilitas itu. Bandi adalah bapakku. Beliau anak sekaligus anak mantu dari kakek-kakekku yang dulu juga menjalankan bengkel. Almarhum Mbah Jamal, ayah dari Bapak membuka bengkel sepeda angin. Sedangkan almarhum Mbah Mu...

Bertemu Paduka

Gambar
   Paduka tidak terlihat dengan jelas karena wajahnya tertutup tirai tipis di depan singgasananya. Seperti melihat siluet saja, Paduka dengan tenang duduk menghadap saya yang bersimpuh menyembah di depannya. Padahal kenyataannya, Paduka tengah berbaring santai di belakang singgasana. Itu hanya patung yang dibikin serupa dan seukuran saat yang bersangkutan duduk.   “Bicaralah, kenapa engkau datang menghadapku hari ini?” katanya.   “Hamba menghadap untuk bertanya dan berkeluh kesah,” kataku dengan jujur tanpa banyak dibumbui kata-kata berbunga.   “Apa yang ingin engkau tanyakan, dan apa yang ingin engkau keluhkan?’.   “Yang ingin hamba tanyakan, kenapa doa-doa saya kepada Paduka tidak pernah terkabul. Dan yang ingin saya keluhkan kenapa hidup saya tidak pernah berubah meski bekerja keras,” ucapku.   “Engkau pernah berdoa kepadaku?” tegasnya. “Pernah yang mulia, dan itu sudah saya hentikan ketika menyadari doa-doa saya tidak pernah Paduka ...