Postingan

Menampilkan postingan dari 2024

Bermotor Yogyakarta-Tegal-Yogyakarta, Kedua

Gambar
Di Guci, Tim Media Touring 76 Yogyakarta Sempat Terpisah dan Bersitegang   Usai mengalami pengalaman menegangkan saat keberangkatan, peserta ‘Media Touring 76, Wartawan Yogyakarta Pelesir ke Guci’ harus menghadapi kerepotan karena tercerai berai. Kondisi ini dialami tim Forum Jurnalis Jogja (FJ2) saat berkunjung ke taman wisata air panas Guci, Tegal pada Minggu (13/10) pagi. Setelah menempuh perjalanan panjang, bermotor 10 jam dari Yogyakarta ke Tegal. Tim Media Touring 76 yang beranggotakan 12 peserta baru masuk ke kamar pukul 00.00 WIB. Suhu 19 derajat Celcius sangat dingin menusuk tulang, membuat semua peserta membeku dan berdiam diri di kamar melepaskan lelah. Karena ingin sampai di lokasi tidur, kami tidak sempat berpikiran membeli minuman maupun makanan untuk di kamar.   “Untungnya masih ada sisa Pop Mie, bisa mengganjal sampai pagi. Mau keluar dingin sekali tidak kuat. Masalahnya kita kehabisan air putih, siapa yang mau keluar?’ tanya rekan satu kamar, Warjono p...

Bermotor Yogyakarta-Tegal-Yogyakarta

Gambar
      Awalnya kebingungan mencari sudut pandang agar tulisan ini menarik dan bagus. Usai menempuh perjalanan panjang, 450 Km lebih dalam waktu kurang dari 36 jam. Otak harus diperas keras-keras untuk menghasilkan satu tulisan. Membaca tulisan rekan-rekan lainnya begitu kilat dipublikasikan, saya berpikir keras untuk menghasilkan karya yang berbeda tanpa harus keluar konteks yang disepakati pada semua tulisan. Perjalanan panjang dan lelahnya badan, ternyata masih bisa saya paksa untuk menghasilkan karya dengan sudut pandang berbeda. Saya tayangkan di KabarJogja.id, ketiga tulisan dalam langsung menempati posisi lima besar berita terpopuler. Saya tampilkan di sini bukan untuk pamer, namun sebagai upaya mendokumentasikan agar tidak lekas hilang. Selama menikmati.      Sepuluh Jam Penuh Tantangan Saat Bermotor Dari Yogyakarta ke Obwis Guci Ditargetkan bermotor hanya enam sampai tujuh jam saja, namun perjalanan dari Yogyakarta menuju obyek wisata peman...

Bertobat Jangan Setengah-setengah

Gambar
    Tiba-tiba teringat, bermain judi lempar koin Rp100,- nikel di belakang bangku kelas. Tiba-tiba teringat, menangis dengar jeritan Ari Anggara dari kaset tape yang disetel keras-keras tetangga. Tiba-tiba teringat, setiap Minggu bertamu ke tetangga sekedar menonton kartun TV hitam putih. Tiba-tiba teringat, ketakutan di gelap malam ketiga muncul ‘Grandong, Grandong’ dari drama radio. Tiba-tiba teringat, bermain pistol bambu berpeluru bakalan jambu atau rendaman koran. Tiba-tiba teringat, berkeliling untuk mandi di berbagai kanal dan sungai kota kecil kelahiran. Tiba-tiba teringat, ahli menghidupkan lampu petromaks. Tiba-tiba teringat, menaiki vespa kali pertama naik motor. Tiba-tiba teringat, merokok lalu minuman keras. Berjudi, kalah banyak dan kapok sampai sekarang. Tiba-tiba teringat, konsumsi ganja dan sabu-sabu. Dua dimensi kucumbu. Tiba-tiba teringat, bermain Playstation di akhir pekan dan tak pernah pulang. Tiba-tiba teringat, lulus SMA di sepuluh terbawah murid IPS. T...

ASRI-KINGKOK Pada Seruas Jalan

Gambar
  Foto ini terkirim ke rumah emak di Genteng, Banyuwangi pada pertengahan minggu pertama Mei tahun ini bersama pemberitahuan saya tertilang karena tidak menggunakan helm.  Dalam upaya konfirmasi online, tercatat foto diambil pada Jumat (12/4) sekitar pukul 15.00 WIB. Saya mencoba menebak di mana tepatnya foto diambil lewat kamera perekam lalu lintas milik Polri. Berdasarkan pemahaman dan gambaran masa lalu, kemungkinan besar foto diambil oleh kamera yang terpasang pada lampu merah perempatan timur terminal Genteng. Karena perempatan itulah titik keramaian lalu lintas di Kota Genteng sebelah barat. Selalu saya sebut kota, meskipun kondisi jalan-jalan di sana masih banyak terdapat kerusakkan sejak saya tinggalkan 24 tahun lalu.   Saya tidak akan menyanggah pelanggaran yang terbukti sudah saya lakukan. Saya juga tidak akan berkomentar panjang lebar kenapa saya tidak menggunakan helm saat berboncengan dengan putri pertama saya, Nenas. Mungkin juga bersama Hayu, yang bera...

Aku Percaya Pada Tuhan, Meski Ia Diam Tersembunyi

Gambar
Didikan jalanan menjadikan saya berani. Berani dengan tidak lagi memakai otot, namun sepenuhnya menggunakan otak. Kekerasan atas nama balas dendam saya wujudkan dalam bentuk cantik, namun sangat menyakitkan bagi lawan. Mungkin memang saat ini jalan takdir saya sampai pada fase kelelahan menjalani kehidupan. Meski tidak berhenti berdoa dan terus berusaha. Terkadang saya berpikir apakah sebaiknya saya mengalah dan tak meminta siapapun memahami keadaan lagi. Namun, pergulatan itu tidak panjang. Hanya sepemikiran menjelang mata terpejam. Keberanian yang tumbuh bersama kali pertama mengenal debu jalanan muncul kembali. Keberanian sejati dan sebenar-benarnya. Keberanian menjalani hidup dan menderita demi sesuatu yang selama ini saya percaya. Berimajinasi dan merangkai kata. Saya memutuskan tetap bertahan dan terus berjuang. Saya sudah mencobakan menenangkan diri. Terus memikirkan apa kesalahan yang telah diperbuat dan bagaimana memperbaikinya. Namun pada tahap itu saya tetap buntu. Belum ber...