Aksara

“Sejatinya, kebudayaan moyangmu tetap akan terus hidup melalui aksara-aksara karya leluhur terpasang pada dinding rumahmu”.

Mengacu pada pada kehidupan, aksara adalah susunan huruf dari A=Z yang bila dirangkai secara acak antara huruf konsonan dan vokal menghasilkan kata. Kata-kata dari susunan aksara membunyikan cerita tentang ide, kehidupan, perilaku, maupun imajinasi manusia.

Bagi sebuah kebudayaan yang mencapai adi luhur, keberadaan aksara, pencapaian tertinggi dari satu komunitas. Aksara disepakati sebagai simbol yang memiliki bunyi, bentuk, dan arti yang sama bagi para pemakainya.

Dalam dunia barat, huruf-huruf alfabet mulai A, B, C, D dan seterusnya menjadi aksara pemersatu dunia. Alif, Ba, Ta adalah aksara unik Jazirah Arab yang penulisannya dimulai dari kanan.

Dari Asia, sansekerta menjadi perantara penyampai pesan bijak dalam kebudayaan Hindu lama. Terdapat aksara “Kanji” yang berbentuk serampangan berbagai bentuk yang tersusun dari garis-garis.

Jawa, HaNaCaRaKa menjadi pewarna dunia yang belum banyak terbaca naskah-naskah bijaknya. Aji Saka memberikan aksara ini untuk kehidupan anak cucunya di Jawa agar lebih mulia.



Tidak semua individu dalam komunitas mampu merangkai aksara menjadi indah untuk dibaca. Sebagian besar individu hanya melakukan baca sepintas. Terkadang jauh dari kata mendalami, meresapi, dan memahami.

Beberapa orang terpilih, yang didukung kerja keras, berbeda. Mereka terus berusaha merangkai aksara-aksara agar memiliki bunyi berbeda yang bisa bercerita.

Butuh banyak membaca banyak aksara agar bisa menghasilkan keindahan aksara pengunggah imajinasi.

Tidak hanya bercerita tentang tingkah laku kehidupan orang-orang, hewan-hewan, maupun dunia material spiritual yang pernah dilihat serta dirasakan manusia.

Aksara menjadi media utama pemberi sudut pandang dunia lain yang belum pernah dilihat manusia. Imajinasi lebih terbuka lewat aksara. Pemikiran baru lahir lewat nasihat yang disampaikan aksara.

Hal kecil selalu tak dipandang oleh banyak mata. Namun itulah yang menjadikan  sesuatu besar.

Sama halnya dengan aksara. Diperlihatkan sejak masa kanak-kanak, diajarkan lewat lembaga-lembaga. Namun tidak banyak yang bisa mengabarkan aksara.

Selalu disepelekan. Tidak lebih penting dari harta dunia. Aksara diurutan butut sama seperti entut dalam piramida kebutuhan manusia-manusia fana.

Bagaimanapun kabar baik dari aksara akan tetap akan selalu ditunggu. Kabar busuk dari aksara dirasa tidak perlu. Ketika aksara sudah mendunia. Manusia beda bahasa menjadi satu. Mereka berbincang lewat aksara.

Aksara lahir dari pemikiran yang tidak lagi memikirkan kefanaan dunia. Para pujangga dan empu-empu mencoba meramu serta menciptakan aksara untuk mengabarkan kepada rakyat tentang kehidupan indah para raja-raja.

Para pemberontak menjadikan aksara sebagai senjata utama melawan penguasa.

Beruntunglah orang-orang yang masih diberi waktu menikmati aksara. Mereka mampu bercerita banyak hal dunia kepada jutaan kepala. Mereka mampu mendebat hal-hal yang kiranya wajib diperdebatkan. Mereka mampu mengabarkan tentang luasnya imajinasi di kepala.

Sialah kehidupan mereka yang menaikkan aksara.  Mata mereka buta akan warna kehidupan. Otak mereka tumpul akan hal-hal berbeda dalam laku hidupnya. Seperti beo, banyak bicara namun tak berisi. Hanya mampu bercakap hal-hal yang sama tanpa dibumbui banyak rangkaian aksara.

Perubahan zaman senantiasa berputar. Muda menjadi tua. Hidup kemudian mati. Gelap menjadi terang,  terang menjadi gelap. Namun aksara tetap hidup dan lestari dalam banyak bentuk.

Masa depan bisa diperkirakan dengan aksara. Masa sekarang dituliskan lewat aksara. Masa lalu selalu diceritakan oleh aksara. 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

‘Dua Jaya’, Penambal Ban Paling Ampuh se-Kota Genteng

Bertobat Jangan Setengah-setengah

Sekilas Tentang Kematian Media Cetak