Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2022

Soal Seragam Sekolah Negeri, Tinggal Kemauan Gurunya (II)

Gambar
Padahal dibalik pengajaran moral, beberapa guru melakukan hal-hal yang tak bermoral. Contoh kecil jamak dilakukan sekarang. Memaksa para orang tua untuk membeli seragam ketiga setelah warna putih dan pramuka. Seragam batik yang memuat identitas sekolah. Jumlahnya mencapai ratusan ribu rupiah. Tergantung nilai yang ditentukan sekolah. Memang sekolah di negeri itu tidak bayar. Tapi juga perlu dipikirkan, bahwa masuk sekolah negeri itu penuh persaingan. Kecuali SD. Karena tidak berbayar dan lebih murah dari swasta, namun itu bukan berarti para wali murid bisa dibebankan dengan biaya-biaya yang tak bermanfaat itu. Seragam cukul putih, pramuka dan olahraga. Identitas sekolah bisa ditempelkan pada seragam. Toh itu tidak menghilangkan nama sekolah selama prestasi anak membanggakan. Kenapa, kenapa pendidik melakukan itu? Sebenarnya saya sulit untuk menemukan penyebab kenapa pendidik melakukan hal-hal sepele yang diluar tugasnya mengajar. Terlebih lagi sekarang mereka dituntut menerap...

Soal Seragam Sekolah Negeri, Tinggal Kemauan Gurunya (I)

Gambar
Kasusmemaksakan siswi menggunakan jilbab oleh guru-guru BP SMAN I Banguntapan menggegerkan dunia pendidikan Indonesia. Khususnya Daerah ter-Istimewa Yogyakarta yang dikenal sebagai ‘Kota Pendidikan’, ‘Kota Keberagaman’, dan predikat kota-kota positif lainnya. Nyatanya kebobrokan masih ada di Kota ini dan  lebih dominan diberitakan, karena memang layak diberitakan dibanding peristiwa serupa di daerah lainnya. Sebab kontra produktif antara jargon, slogan dengan kenyataan. Kasus ini mengingatkan pengalaman saya terhadap Nenas saat masuk SDN Bibis, Bangunjiwo lima tahun lalu. Sempat protes kepala sekolah kenapa Nenas yang masuk tidak pakai jilbab saat baris-berbaris dipaksa satu gurunya menggunakan jilbab. Saya protes, jawaban mereka karena itu aturan yang berlaku. Karena tidak ingin geger gedhen, bukan takut. Tapi karena kuatir anak saya dirundung oleh gurunya sendiri, saya memilih diam. Memendam bara kegetiran dalam hati sampai sekarang. Kasus SMAN I Banguntapan. Kasus yang a...

Mana yag lebih kuat; kematian atau kehidupan?

Gambar
  Ada dua sesi dalam novel ‘Baudolino’-nya Umberto Eco yang aku suka. Semua sama-sama satu rangkaian perjalangan Baudolino dan teman-temannya mencari istana Yohanes  Sang Pembaptis.   Sesi pertama yang saya sukai adalah saat rombongan ini bertemu dengan sekelompok masyarakat bertelanjang dan sepenuhnya mengandalkan hidupnya pada kemurahan alam. Mereka memilih tidak bekerja dan mengandalkan kejujuran sebagai jalan keselamatan. Pada halaman 477….terkutiplah ‘Jumlah mana yang lebih besar, jumlah orang hidup atau orang mati?” “Yang mati jumlahnya lebih besar, tetapi mereka sudah tidak dapat dihitung lagi. Jadi yang bisa kaulihat lebih banyak daripada yang tidak bisa engkau lihat,”. “Mana yag lebih kuat; kematian atau kehidupan?” “Kehidupan, karena kalau terbit, matahari punya sinar yang terdang dan indah sekali. Dan kalau terbenam, sinarnya kelihatan lemah.” “Mana yang lebih banyak, bumi atau laut?” “Bumi, karena laut disangga bumi,” “Mana yang lebih du...