Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2018

Kebohongan Akan Kebenaran, Dimaafkan Tetapi Tidak Dilupakan

Melihat media sosial dan internet sekarang ini saya tidak akan pernah mengeluhkan keberadaan berita bohong yang begitu banyak tersebar. Kebohongan seperti sebuah penyakit menular yang menjangkiti setiap masyarakat. Bagi saya, melakukan melakukan kebohongan pada dasarnya merupakan satu dari banyaknya keinginan dalam menjalani kehidupan. Tentu saja, saya tidak akan pernah menjadikan masalah saat sebuah kebohongan dilakukan orang lain pada diri saya sendiri atau katakanlah satu individu saja. Sebab maaf menjadi pintu masuk untuk berhubungan kembali meski tidak bisa dilupakan. Tetapi bagaimana jika kebohongan itu dilakukan kepada publik? Apakah hanya cukup akibat yang ditimbulkan diselesaikan dengan permintaan maaf saja. Cerita pengembala domba dan petani yang disampaikan dalam serial ‘Upin-Ipin’ menjadi gambaran jelas bagaimana karma yang timbul akibat melakukan kebohongan. Dimaafkan tetapi tidak dilupakan. Dimaafkan tetapi tidak bisa dipercaya.   Sekarang ini, kebohongan ...

Matematika dan Nalar Kita...

Gambar
           Menginjak catur wulan ke dua kelas dua SMA, saya memutuskan tidak lagi menyenangi matematika. Padahal sebelumnya saya bergairah ketika mata pelajaran ini dimulai. Bukan karena kemampuan otak saya yang buntu.             Namun keputusan saya lakukan dengan cepat karena guru pengajar ilmu hitung ini sangat tidak interaktif dalam memberikan bahan pengajaran. Selama dua jam mata pelajaran yang diampunya, guru pria ini sama sekali tidak menoleh ke belakang. Menatap lurus ke depan, ke papan tulis sambil bicara sendiri dan menulis berbagai rumus.             Saya juga menilai dia diskriminasi. Hanya siswa-siswi pintar ber-matematika saja yang diperhatikan. Sedangkan yang lain, terlebih deretan bangku belakang tidak pernah dihiraukan sama sekali. Guru ini tidak pernah mempedulikan siswa yang lain bisa apa tidak. Yang penting dia mengajar, d...

Nuklir, Ditakutkan Namun Dibutuhkan

Gambar
Menukil pembukaan berita yang ditulis Nurhadi Sucahyo di: https://www.voaindonesia.com/a/indonesia-go-nuclear-mimpi-atau-keinginan-realistis-/4628693.html . “Teknologi nuklir bagi Indonesia seperti buah simalakama. Kebutuhan energi listrik yang besar, misalnya, bisa diselesaikan dengan nuklir. Namun, penolakan dari masyarakat juga luar biasa,”. Adalah penggambaran yang tepat bagi kondisi dunia energi di Indonesia sekarang. Bukan saya mau sok ahli-ahlian dalam bidang energi. Tetapi sebagai pemerhati penulis yang tertarik dengan bidang energi, perkenankan saya menulis meskipun tidak dalam tentang energi sebagai pengetahuan saja. Jika membaca tulisan Nurhadi, kenapa nuklir? Kita akan secara gamblang mendapatkan jawaban di sana. Keberadaan Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) yang sejak 1978 sudah memulai penelitian tentang nuklir sebagai sumber energi terbarukan, ternyata sampai sekarang belum pernah ada realisasinya. Selama 40 tahun penelitian itu tidak terwujud sesuai hara...