0.36
Aku masih mengingatnya. Sebuah kacamata hitam, korek api Zippo, dan sebungkus rokok Ardath Softex terhidang pertama kali sebelum teh serta makanan ringan tersaji. “Aku ingin kau membayar hutangmu yang sudah setahun ini tidak terbayar berserta bunganya penuhl,,” katamu penuh amarah. “Tapi kita kan sahabat, berilah aku waktu untuk mencari uang guna membayarmu,” ujarku lirih agar tidak terdengar keras dari teras rumah ini. “Kau selalu berjanji, berjanji, dan berjanji tapi t ak pernah terpenuhi. Sebagai sahabat, aku tetap akan mengangap kamu sebagai sahabat. Namun soal uang dan bisnis, persahabatan hanyalah bonus saja tidak lebih. Saat ini uanglah yang memeng kendali kehidupan,” katamu dengan kasar. Aku masih ingat, itu memang ciri khas bicaramu. Aku masih terus berpikir tentang alasan apa lagi yang ingin aku sampaikan agar ada waktu untuk mencari pinjaman lagi untuk membayar hutang kali ini. Otakku buntu tidak mau bekerja lagi. Aku menyerah. “Bagaimana jika aku membayar dengan...