Bertemu Paduka

Paduka tidak terlihat dengan jelas karena wajahnya tertutup tirai tipis di depan singgasananya. Seperti melihat siluet saja, Paduka dengan tenang duduk menghadap saya yang bersimpuh menyembah di depannya. Padahal kenyataannya, Paduka tengah berbaring santai di belakang singgasana. Itu hanya patung yang dibikin serupa dan seukuran saat yang bersangkutan duduk. “Bicaralah, kenapa engkau datang menghadapku hari ini?” katanya. “Hamba menghadap untuk bertanya dan berkeluh kesah,” kataku dengan jujur tanpa banyak dibumbui kata-kata berbunga. “Apa yang ingin engkau tanyakan, dan apa yang ingin engkau keluhkan?’. “Yang ingin hamba tanyakan, kenapa doa-doa saya kepada Paduka tidak pernah terkabul. Dan yang ingin saya keluhkan kenapa hidup saya tidak pernah berubah meski bekerja keras,” ucapku. “Engkau pernah berdoa kepadaku?” tegasnya. “Pernah yang mulia, dan itu sudah saya hentikan ketika menyadari doa-doa saya tidak pernah Paduka ...